Putin Tak Gentar Dihantam Sanksi AS, Bagaimana Kekuatan Ekonomi Rusia?

Abdul Azis Said
25 Februari 2022, 16:19
Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan warga di Cherepovets, Rusia, Selasa (4/2/2020).
ANTARA FOTO/REUTERS/Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremli
Presiden Rusia Vladimir Putin elah berusaha untuk melindungi Rusia secara aktif dari ketergantungan pada negara barat sejak invasi Krimea pada tahun 2014.

Tindakan Rusia yang memulai perang dengan Ukraina memicu sederet sanksi ekonomi dari Amerika Serikat dan sekutunya. Amerika meyakini sanksi-sanksi ini akan memukul ekonomi Rusia dan menghentikan invasinya. Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin nyatanya hingga kini masih bergeming.

Bagaimana sebenarnya kekuatan ekonomi Rusia, terutama menghadapi sanksi negara Barat?

Rusia saat ini sebenarnya masih berjuang untuk memulihkan ekonomi dari dampak pandemi.  Dana Moneter Internasional (IMF) maupun Bank Dunia memproyeksikan perekonomian Rusia akan melambat tahun ini dan tahun depan. Proyeksi ini  bahkan dikeluarkan sebelum terjadinya ketegangan antara Rusia dan Ukraina beberapa pekan terakhir.

IMF memperkirakan, ekonomi Rusia hanya tumbuh 2,8% pada tahun ini setelah tahun lalu bisa tumbuh 4,7%. Perlambatan berlanjut tahun depan dengan perkirakan tumbuh hanya 2,1%. Proyeksi Bank Dunia lebih pesimistis, perekonomian Negara Beruang Merah itu diperkirakan hanya tumbuh 2,4% tahun ini dan menyusut hanya 1,8% pada tahun depan.

"Dengan tingkat vaksinasi yang masih rendah, langkah-langkah pengendalian Covid-19 dapat dilakukan untuk tahun depan, yang akan membebani pertumbuhan secara signifikan," kata Bank Dunia dalam laporannya akhir Desember lalu.

Menurut Our World In Data, tingkat vaksinasi Rusia mencapai 54,3% dari populasi pada tanggal 17 Februari 2022 sementara yang sudah divaksin lengkap atau dua dosis sebesar 49,7%. Rusia juga sudah melakukan vaksin booster yang mencapai 9,1% dari populasi.

Bukan hanya masalah pandemi, Rusia juga menghadapi tantangan inflasi yang menanjak. Inflasi Januari 2022 menyentuh 8,73% secara yoy, rekor tertinggi sejak awal 2016. Kenaikan harga-harga ini mendorong bank sentral mengerek suku bunganya 100 bps menjadi 9,5% yang merupakan tertinggi dalam lima tahun.

Tantangan lainnya, negara kaya minyak dan gas alam itu menghadapi risiko dari ambisi global mendukung transisi ekonomi rendah karbon. Dalam laporan Bank Dunia, jika Rusia ikut mengimplementasikan mekanisme harga karbon, maka perekonomiannya akan terkoreksi 3,8% pada 2050. 

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...