BI Perkirakan Penjualan Eceran Mei Meningkat Berkat Momen Lebaran

Abdul Azis Said
11 April 2022, 12:20
penjualan eceran, survei penjualan eceran, penjualan retail, pandemi covid-19
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa.
Warga membeli kebutuhan pokok di gerai swalayan Giant di Bandung, Jawa Barat, Kamis (27/5/2021). PT Hero Supermarket Tbk akan menutup seluruh gerai Giant di Indonesia pada akhir Juli mendatang akibat perilaku konsumen yang beralih dari ritel berkonsep hypermarket dan fokus ke sektor peralatan rumah tangga, kesahatan dan kecantikan.

Survei Bank Indonesia memperkirakan kinerja penjualan eceran pada Mei 2022 akan meningkat berkat adanya momentum Lebaran. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan atau IEP pada Mei yang diperkirakan naik menjadi 157,8 poin, lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya

"Peningkatan penjualan pada Mei diperkirakan sejalan dengan peningkatan permintaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri," kata BI dalam laporannya, Senin (11/4).

IEP untuk enam bulan atau pada Agustus diperkirakan juga meningkat menjadi 155,1 poin, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 143,1 poin. Kenaikan IEP enam bulan ini kemungkinan didukung oleh kondisi cuaca, kelancaran distribusi dan banyaknya program diskon saat Hari Kemerdekaan RI.

Dari sisi harga, tekanan inflasi pada Mei dan Agustus diperkirakan meningkat sejalan dengan kenaikan IEP. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi harga Umum (IEH) bulan Mei sebesar 141,3 poin, lebih tinggi dibandingkan 139,1 poin pada bulan sebelumnya. Kondisi ini sejalan dengan pola historis kenaikan harga saat HBKN Idul Fitri. Sementara ekspektasi harga Agustus tercatat naik menjadi 132,4 poin dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 129,8 poin.

Dalam laporan tersebut, BI juga memperkirakan kinerja penjualan ritel pada kuartal pertama tahun ini meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang diperkirakan tumbuh 12,2% secara YOY, lebih tinggi dari pertumbuhan 10,4% yoy di kuartal terakhir tahun lalu.

"Peningkatan tersebut sejalan dengan pelonggaran PPKM sehingga mendorong aktivitas masyarakat, serta adanya low base effect," kata BI.

Peningkatan pada IPR di tiga bulan pertama tahun ini didorong oleh peningkatan serta perbaikan penjualan mayoritas kelompok barang. Pemulihan terutama terjadi pada penjualan bahan bakar kendaraan bermotor, subkelompok sandang, serta makanan, minuman dan tembakau yang semaunya tumbuh positif dna meningkat.

Penjualan bahan bakar kendaraan berhasil tumbuh 52% secara YOY pada awal tahun ini, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 33,7% pada kuartal IV 2021. Pertumbuhan yang makin kuat juga untuk penjualan makanan, minuman dan tembakau sebesar 20,1% atau lebih tinggi dari pertumbuhan 19,2% pada kuartal sebelumnya.

Beberapa penjualan barang yang akhir tahun lalu kontraksi, di awal tahun ini menunjukkan perbaikan. Penjualan sandang tumbuh 6,9% yoy, atau berbalik setelah sebelumnya terkontraksi 3%. Penjualan suku cadang dan aksesori masih terkontraksi 1,2% , tetapi lebih kecil dibandingkan kontraksi 4,4% pada kuartal sebelumnya.

Penjualan barang budaya dan rekreasi juga membaik dengan kontraksi yang lebih tipis 1,4% dibandingkan kuartal sebelumnya negatif 12,7%. Penjualan peralatan informasi dan komunikasi masih kontraksi 15%, tetapi juga lebih rendah dibandingkan kontraksi 16,5% di kuartal sebelumnya, serta penjualan barang lainnya yang kontraksinya turun dari 7,1% menjadi hanya 0,7%.

Meski begitu, kinerja penjualan perlengkapan rumah tangga lainnya memburuk. Ini tercermin dari pertumbuhan IPRnya yang kontraksi lebih dalam dari 20,3% menjadi 22,1%.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...