BI Waspadai Risiko Stagflasi Hantam Global, Bagaimana Ekonomi RI?

Abdul Azis Said
23 Juni 2022, 15:56
stagflasi, pertumbuhan ekonomi, ekonomi global, resesi ekonomi.
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Ilustrasi. BI memangkas pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3%.

Bank Indonesia memangkas proyeksi pertumbuhan global pada tahun ini dari 3,4% menjadi 3%. Bank Sentral juga mewaspadai risiko stagflasi atau kondisi stagnansi ekonomi bersamaan dengan inflasi tinggi yang kemungkinan akan dihadapi banyak negara, termasuk Amerika Serikat. 

"Bacaan kami, berlanjutnya eskalasi geopolitik, kenaikan suku bunga The Fed dan negara lainnya, serta kebijakan zero covid-19 di Cina menimbulkan risiko pertumbuhan ekonomi global turun menjadi 3%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers daring, Kamis (23/6).

Advertisement

Perry juga memperingatkan risiko stagflasi yang mungkin akan dihadapi oleh banyak negara, termasuk Amerika Serikat. Meski demikian, Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun depan bisa lebih tinggi dari tahun ini dan tumbuh 3,3%.

Menurut Perry, risiko stagflasi didorong oleh tiga faktor. Pertama, perang Rusia di Ukraina dan berlanjutnya sanksi oleh barat terhadap Rusia telah mengganggu pasokan energi dan pangan global. Gangguan ini yang kemudian menyebabkan tingginya harga-harga komoditas, baik energi maupun pangan. 

"Harga minyak misalnya, kami perkirakan pada tahun ini bisa rata-rata US$ 103 per barel, demikian juga harga pangan ini meningkat tinggi," kata Perry.

Kedua, pengetatan moneter di AS dan sejumlah negara maju. The Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 150 bps dalam tiga pertemuan sebelumnya, disusul beberapa bank sentral negara maju lainnya sebagai respons atas tekanan  inflasi. 

Tekanan inflasi juga terjadi di beberapa negara berkembang yang kemudian memaksa bank sentralnya mengerek bunga, seperti di Brasil, Malaysia dan India. Kenaikan bunga diperlukan untuk menekan inflasi yang tinggi karena negara-negara tersebut tidak memiliki ruang fiskal yang cukup untuk meningkatkan subsidi dan kompensasi energi. Kondisi ini berbeda dengan Indonesia yang memutuskan untuk menaikkan subsidi energi untuk menjaga daya beli masyarakat.  

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement