RI dan 5 Negara Besar Akan Kehilangan Rp8.550 T Akibat Transisi Energi

Image title
Oleh Abdul Azis Said
8 Juli 2022, 13:03
transisi energi, nol emisi karbon, penerimaan negara
ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/aww.
Ilustrasi. Indonesia menargetkan nol emisi karbon pada 2060.

Institut Internasional untuk Pembangunan Berkelanjutan (IISD) memperkirakan enam negara emerging terbesar, yakni Brasil, Rusia, India, Indonesia, Cina dan Afrika Selatan berpotensi kehilangan pendapatan US$ 570 miliar atau Rp 8.550 triliun (kurs 15.000/US$) akibat transisi energi pada  2050. Keenam negara ini perlu mulai menyesuaikan kebijakan fiskal untuk memperhitungkan penurunan penggunaan bahan bakar fosil ke depan.

"Untuk mencegah perubahan iklim yang menghancurkan, dunia harus menghentikan produksi dan konsumsi bahan bakar fosil, yang pasti akan mengikis pendapatan terkait," kata Senior Associate di IISD Tara Laan, dalam keterangan resminya, Kamis (7/7).

Advertisement

Proyeksi tersebut dibuat berdasarkan data pendapatan keenam negara pada 2019 dan skenario untuk permintaan dan penawaran energi hingga 2050 oleh International Energy Agency (IEA). Brasil, Rusia, India, Indonesia, Cina, dan Afrika Selatan yang kemudian disingkat BRIICS, mewakili 45% populasi dunia, 25% dari PDB global, dan bagian yang signifikan dari orang miskin di dunia.

Negara BRIICS disebut sangat rentan terhadap dampak fiskal dari transisi energi karena ketergantungan mereka yang tinggi pada bahan bakar fosil pendapatan. Pendapatan negara dari produksi dan konsumsi bahan bakar fosil saat ini mencapai 34% dari total pendapatan pemerintah di Rusia, 18% di India, dan 16% di Indonesia.

Selain itu, pendapatan tersebut menyumbang 8% di Brasil, 6% di Afrika Selatan, dan 5% di Cina. Ini hanya mencakup pendapatan langsung pada keuangan pemerintah, ketergantungan bahan bakar fosil akan jauh lebih besar jika mempertimbangkan pendapatan swasta dan efek lanjutannya ke ekonomi.

Dalam studi IISD kesenjangan pendapatan terbesar diperkirakan akan dialami India US$ 178 miliar alias Rp 2.670 triliun, Cina US$ 140 miliar atau Rp 2.100 dan Rusia US$ 134 miliar atau Rp 2.010 triliun dengan adanya transisi energi untuk mencapai net zero 205.

Setoran ke negara dari bahan bakar fosil memang relatif besar di enam negara tersebut, tetapi nilai tersebut tidak dapat diandalkan. Pasalnya, dalam penelitian IISD sebelumnya menunjukkan, nilai eksternalitas yang ditimbulkan dari bahan bakar fosil tersebut justru jauh melebihi potensi pendapatan yang disetor ke nagar.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement