Modal Asing Kabur Rp 4,2 T dalam Sepekan, Rupiah Parkir di 15.014/US$
Bank Indonesia mencatat, aliran modal asing keluar dari pasar keuangan domestik sebesar Rp 4,21 triliun dalam sepekan ini, terutama di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Keluarnya dana asing menyeret rupiah di bawah level Rp 15.000 per dolar AS meski sempat bergerak menguat menuju akhir pekan ini.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono merincikan, sepanjang 18-21 Juli, nonresident melakukan jual neto di pasar SBN sebesar Rp 4,62 triliun. Meski demikian, investor melakukan beli neto di pasar saham sebesar Rp 420 miliar.
"Berdasarkan data setelment hingga 21 Juli 2022, nonresident mencatatkan jual neto Rp 138,6 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 56,01 triliun di pasar saham," kata Erwin dalam keterangan resminya, Jumat (22/7).
BI juga mencatat, persepsi risiko investasi Indonesia tercermin dari premi credit default swap (CDS) lima tahun yang turun ke 138,38 bps per 21 Juli 2022 dari 158,72 bps per 15 Juli 2022. Imbal hasil alias yield SBN benchmark tenor 10 tahun terpantau turun ke level 7,46% hari ini, menyusul penurunan yield US Treasury 10 tahun ke level 2,87% pada perdagangan kemarin.
Keluarnya dana asing dari pasar keuangan domestik turut menyeret pelemahan nilai tukar. Rupiah parkir di level Rp 15.014 per dolar AS pada perdagangan sore ini, melemah 17 poin dari pekan lalu.
Analis Bank Mandiri Reny Eka Putri menyebut rupiah cenderung melemah karena ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang masih agresif sehingga terjadi arus keluar ke dolar AS. Pasar kini menanti pertemuan pembuat kebijakan The Fed pekan depan yang diperkirakan masih akan menaikkan bunga secara agresif 75 bps.
"Keluarnya aliran dana asing dari pasar domestik mengakibatkan koreksi di pasar keuangan dalam negeri dan koreksi pada rupiah," kata Reny kepada Katadata.co.id.
Rupiah sempat menguat di perdagangan awal pekan ini dan masih bertahan di bawah level Rp 15.000 per dolar AS sampai dengan 20 Juli. Penguatan ini ditopang oleh rilis data neraca dagang Juni yang masih berhasil mencetak surplus jumbo.
Di samping itu, beberapa data lain yakni cadangan devisa masih menunjukkan kondisi yang kuat. Terbaru, pertumbuhan uang beredar juga masih tetap tinggi sebesar 10,6% secara tahunan.
Adapun rupiah kembali melemah ke kisaran Rp 15.000 per dolar AS usai Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di tengah langkah bank sentral dunia meninggalkan era bunga murah. Namun, Reny melihat keputusan BI tersebut sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. Karenanya, pelemahan hanya berlangsung sementara, rupiah langsung berbalik menguat pada perdagangan hari ini. Kurs garuda menguat 23 poin dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Perdagangan hari ini juga diwarnai keputusan bank sentral Eropa (ECB) menaikan suku bunga acuannya 50 bps. Keputusan ECB tersebut membuat mata uang euro menguat terhadap dolar AS. Pergerakan rupiah biasanya berkorelasi dengan euro, sehingga sentimen kenaikan bunga ECB tersebut tidak membuat rupiah dalam tekanan.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut kenaikan kasus Covid-19 beberapa pekan terakhir tidak signifikan menekan nilai tukar. Kasus baru Covid-19 tercatat menyentuh di atas 5 ribu kemarin (21/7).
"Walau kasus Covid-19 masih ada, ini tidak banyak mengganggu mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi yang terpantau masih normal, sehingga ini tidak berpengaruh signifikan terhadap rupiah," kata Ibrahim kepada Katadata.co.id