Peringatan IMF untuk Sri Mulyani dan Para Menkeu Dunia Hadapi 2023

Abdul Azis Said
21 November 2022, 12:05
IMF, Kristalina Georgieva
ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj/22.
Managing Director IMF Kristalina Georgieva mengatakan, situasi akan lebih sulit pada tahun depan karena otoritas fiskal dan moneter akan memiliki pekerjaan berbeda.

Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut tantangan ekonomi tahun depan akan lebih rumit bagi para pembuat kebijakan dibandingkan situasi yang dihadapi pada tahun pertama pandemi Covid-19. Lembaga itu pun mengingatkan para menteri keuangan negara-negara dunia, termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk mengelola kebijakan fiskal untuk berhati-hati.

Direktur Manajer IMF Kristalina Georgieva mengatakan, situasi yang lebih sulit pada tahun depan karena otoritas fiskal dan moneter akan memiliki pekerjaan berbeda. Kondisi ini berbeda dibandingkan pada 2020 saat otoritas moneter dan fiskal bergerak ke arah yang sama, yakni bertujuan mendukung perekonomian. 

Menurut dia, kebijakan fiskal harus diarahkan hati-hati dengan menargetkan bagian ekonomi yang paling rentan tetapi tanpa merusak kebijakan moneter dan upaya pengendalian inflasi. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan fiskal ekspansif dengan belanja besar-besaran seperti saat Covid-19 lalu mungkin perlu dikurangi pada tahun depan.

"Dengan kata lain, dengan kebijakan moneter yang menginjak rem, kebijakan fiskal tidak boleh menginjak pedal gas," ujarnya dalam pidato pada acara KTT APEC di Thailand pekan lalu. 

Banyak bank sentral telah memperketat kebijakan moneternya sebagai upaya untuk memerangi inflasi. Suku bunga di Amerika Serikat bahkan naik secara agresif seiring tekanan inflasinya yang masih tinggi.  Di dalam negeri, Bank Indonesia juga sudah mulai menginjak 'rem' dengan menaikkan suku bunga acuannya 1,75% dalam empat pertemuan terakhir menjadi 5,25%.

Giorgieva mengatakan, situasi ini memang sulit bagi semua orang. Namun, ia juga menekankan bahwa tekanan lebih sulit akan dirasakan pasar negara berkembamg karena mereka mengalami dampak negatif dari pengetatan moneter di negara-negara maju. Hal ini karena pengetatan moneter telah menyebabkan depresiasi mata uang dan biaya utang yang menjadi lebih mahal.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...