Tertinggi dalam 7 Bulan, Garuda Angkut 739.000 Penumpang pada Oktober
PT Garuda Indonesia berhasil mencatatkan 739 ribu penumpang pada Oktober 2020, atau tertinggi sejak April lalu. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan angka ini merupakan cermin meningkatnya kepercayaan masyarakat dalam menggunakan layanan transportasi udara.
Pandemi Covid-19 yang melanda RI sejak Maret memang berdampak pada aktivitas maskapai nasional tersebut. Bahkan Garuda hanya mampu mengangkut 30 ribu penumpang pada Mei 2020
“Hal ini sejalan dengan upaya berkesinambungan yang kami optimalkan melalui protokol kesehatan pada seluruh touch point layanan penerbangan Garuda Indonesia,” ujar Irvan dalam keterangan pers, Rabu (15/12).
Tak hanya itu, Irfan mengatakan kinerja bisnis kargo Garuda juga terus membaik dengan capaian 21.980 ton pada Oktober lalu. "Capaian ini setara dengan 83% dari jumlah angkutan kargo pada masa sebelum pandemi,” katanya.
Dengan kepercayaan yang terbangun, Irfan percaya diri Garuda mampu memulihkan setidaknya 50% jumlah penumpang pesawat pada 2021. Apalagi menurutnya, masyarakat memerlukan transportasi udara.
Oleh sebab itu, ia akan menyiapkan sejumlah strategi dalam memulihkan kerja perseroan di tahun 2021. Mereka akan fokus mengoptimalkan pangsa pasar domestik, kargo udara, umrah dan perluasan portofolio bisnis anak usaha.
Salah satu anak usaha yang akan dioptimalkan adalah perawatan pesawat GMF Aero Asia yang berencana memperluas layanan hanggar di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Sasarannya adalah perawatan pesawat di wilayah Indonesia Timur.
Sedangkan Citilink tengah fokus menggarap rute penerbangan domestik yang didukung oleh feeder pesawat ATR 72 600. Tujuannya membuka akses ke wilayah kawasan ekonomi baru di Indonesia. “Lini usaha Aerofood ACS saat ini tengah memperkuat fokus bisnisnya pada sektor produk retail dan industrial catering,” kata dia.
Sementara itu Direksi juga terus menjalankan restrukturisasi Garuda. Rencana penerbitan Obligasi Wajib Konversi (OWK) dengan nilai maksimal Rp 8,5 triliun bertenor 7 tahun saat ini terus dilakukan melalui komunikasi insentif bersama PT Sarana Multi Infastruktur (SMI).
“Sedangkan restrukturisasi hutang, pada prinsipnya akan dilakukan berdasarkan kesepakatan antara kreditur dan mitra kerja, dengan memperhatikan kemampuan cash flow perusahaan,” ujar Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Prasetio .
Garuda juga akan terus menjaga kewajiban bunga berjalan lancar dengan prinsip efisiensi biaya operasional serta mengoptimalkan struktur biaya sesuai dengan kinerja operasi.
“Adapun langkah negosiasi biaya pesawat, saat ini Perseoran terus melakukan komunikasi insentif dengan lessor. Tujuannya untuk menurunkan biaya sewa, serta perpanjangan masa leasing yang diharapkan dapat memperbaiki keuangan perusahaan,” kata Prasetio.