Analisa BMKG: Siklon Tropis Seroja Diakibatkan Pemanasan Global
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan siklon Seroja menjadi yang paling kuat dibandingkan berbagai fenomena yang pernah terjadi sebelumnya. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan siklon tersebut disebabkan oleh pemanasan global.
Berdasarkan hipotesisnya, siklon tersebut terbentuk sebagai dampak dari efek gas rumah kaca sehingga menyebabkan kenaikan suhu muka air laut. Untuk itu, ia mengingatkan semua pihak untuk memitigasi pemanasan global atau siklon ini menjadi fenomena rutin tiap tahun.
"Penyebabnya adalah, semakin panasnya suhu muka air laut yang tentunya laut itu tempat mengabsorbsi CO2," kata Dwikorita usai menghadiri rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, Selasa (6/4).
Berdasarkan catatan BMKG, fenomena siklon tropis mulai terjadi rutin setiap tahun sejak 2017. Rinciannya, siklon Cempaka dan Dahlia terjadi pada 2017. Kemudian, siklon Flamboyan dan Kenanga muncul pada 2018, siklon Lili pada 2019, siklon Mangga pada 2020, dan siklon Seroja pada 2021.
Padahal sebelum 2017, siklon tropis muncul hanya beberapa tahun sekali. Sebelumnya siklon Durga terjadi pada 2008, kemudian, siklon Anggrek terjadi pada 2010 serta siklon Bakung pada 2014.
Dwikorita mengatakan, siklon ini terjadi akibat suhu muka air laut mencapai 30 derajat Celcius, lebih tinggi dari rata-rata suhu harian sekitar 26 derajat Celcius.
Saat terbentuk, siklon seroja memiliki kecepatan pusaran angin sekitar 85 kilometer per jam. Saat ini, kecepatan pusaran angin meningkat menjadi 110 kilometer per jam dan akan terus bertambah menjadi 130 kilometer per jam.