Rumahnya Jadi TKP Kematian Brigadir J, Ini Profil Irjen Ferdy Sambo
Aksi baku tembak dua anggota polisi yang menewaskan Brigadir J terus berujung panjang. Apalagi penembakan di rumah Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Inspektur Jenderal Ferdy Sambo tersebut dinilai janggal oleh Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD hingga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Polri mengatakan Brigadir J tewas usai baku tembak dengan rekannya, Bharada E. Pemicunya, J disebut melecehkan istri Ferdy Sambo dengan menodongkan senjata.
Menurut Mahfud, kejanggalan terlihat dari proses penanganan maupun penjelasan kepolisian. "Tidak jelas hubungan antara sebab dan akibat setiap rantai peristiwanya," kata Mahfud dalam unggahan di akun Instagramnya, Rabu (13/7).
Keluarga Brigadir J mempertanyakan kondisi jari saudara mereka yang putus. Namun polisi menjawab bahwa kondisi tersebut disebabkan tembakan Bharada E ke arah tangan Brigadir J.
Komisi hukum DPR juga akan memanggil Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo untuk meminta penjelasan. "Saya yakin ini akan menjadi suatu cerita yang panjang," ujar Ketua Komisi III Bambang Wuryanto, Selasa (12/7).
Presiden Joko Widodo juga memerintahkan adanya proses hukum dalam kasus tersebut. Sedangkan Kapolri juga telah membentuk tim untuk mengusut tuntas kasus ini.
Indonesia Police Watch bahkan menyarankan agar Irjen Ferdy segera dinonaktifkan untuk sementara. Hal ini demi memudahkan "pemeriksaan oleh tim pencari fakta.
"Irjen Ferdy Sambo adalah saksi kunci peristiwa yang menewaskan ajudannya tersebut," kata Ketua IPW Sugeng Tegus Santoso.
Namun siapa Irjen Ferdy Sambo dan bagaimana rekam jejaknya?
Dikutip dari berbagai sumber, Ferdy Sambo merupakan Kadiv Propam yang telah menjabat sejak 2020 lalu. Sebelumnya ia merupakan Direktur Tindak Utama Umum (Dirtipidum) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri.
Pria kelahiran Barru, Sulawesi Selatan pada 9 Februari 1973 ini mengawali karirnya di kepolisian sebagai perwira samapta (Pamapta) C di Polres Metro Jakarta Timur pada 1995.
Karir alumni Akabri (sekarang bernama Akpol) tahun 1994 itu terus moncer di wilayah Jakarta Timur hingga menjadi Wakapolsek Matraman pada 1999 dan Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur dua tahun kemudian.
Ferdy lalu digeser ke wilayah Jawa Barat untuk menjadi Kasat Reskrim Polres Bogor pada 2003. Setahun kemudian ia ditarik ke Bandung untuk menjadi Kepala Unit IV Satuan Operasi I Ditreskrim Polda Jabar.
Pada 2005, ia kembali ditugaskan ke Bogor untuk menjadi Kasubbag Reskrim Polwil Bogor. Tahun 2007, Ferdy menjadi Wakapolres Sumedang.
Berselang setahun kemudian, ia kembali ditarik ke ibu kota untuk menjadi Kasiaga Ops Biro Operasi Polda Metro Jaya. Karirnya di Jakarta berlanjut hingga menjadi Kepala Satuan Reskrim Polres Jakarta Barat pada 2010 hingga 2012.
Ferdy lalu melanjutkan karirnya hingga menjadi Kapolres Purbalingga pada 2012 dan Kapolres Brebes pada 2013. Tahun 2015, ia kembali ke Jakarta sebegai Wadirreskrimum Polda Metro Jaya.
Saat berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) ini Ferdy pernah ikut mengungkap kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin oleh Jessica Wongso dengan kopi berisi Sianida. Ferdy bahkan sempat berangkat ke Australia untuk membongkar keterlibatan Jessica.
Ia lalu melanjutkan karirnya ke pusat sebagai Kepala Sub Direktorat IV Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri pada 2016. Karirnya terus meningkat hingga menjadi Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim pada 2019.
Di posisi ini, Ferdy sempat terlibat dalam penangkapan Djoko Tjandra pada 2020. Terpidana kasus hak tagih Bank Bali ini ditangkap dalam pelariannya di sebuah apartemen yang berada di Kuala Lumpur, Malaysia.
Di tahun yang sama, karirnya semakin meningkat dengan naik pangkat sebagai Kadiv Propam Polri. Ia juga resmi menyandang status jenderal bintang dua.