Tak Mau RI Bernasib Seperti Inggris, Jokowi Hati-Hati Bikin Kebijakan

Andi M. Arief
21 November 2022, 12:45
jokowi, inggris, krisis
ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra/nym.
Presiden Joko Widodo menyampaikan hasil KTT G20 kepada wartawan di Media Center, BICC, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (16/11/2022).

Presiden Joko Widodo mengingatkan para menteri agar tak salah mengambil kebijakan, khususnya yang berkaitan masyarakat banyak. Hal ini karena kebijakan yang salah bisa berdampak fatal. 

Jokowi mencontohkan kekeliruan dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan Pemerintah Inggris. Kesalahan pemerintahan Liz Truss akhirnya menjalar ke sektor keuangan.

Oleh sebab itu, saat ini Jokowi rutin mengunjungi pasar untuk memeriksa harga pangan yang dinikmati masyarakat. Menurutnya, hal tersebut penting dalam menggodok kebijakan terkait stabilisasi harga pangan.

"Supaya dapat feeling-nya. Jangan keliru kita membuat kebijakan," kata Presiden Jokowi dalam Musyawarah Nasional ke-17 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia di Surakarta, Senin (21/11).

Jokowi mengatakan ketepatan dalam membuat kebijakan menjadi kunci mengingat perekonomian dunia yang masih belum stabil. Menurutnya, kekeliruan dalam pembuatan kebijakan dapat membuat perekonomian nasional rentan terpengaruh kondisi global.

Jokowi mencatat konsumsi rumah tangga pada Juli-September 2022 tumbuh 5,4% secara tahunan, sementara itu performa ekspor tumbuh 21,6%. Adapun, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022 ada di angka 5,72%, sedangkan inflasi per Oktober 2022 mencapai 5,7%.

"Oleh karena itu strateginya harus benar. Begitu salah sedikit bisa berdarah-darah, dan itu sudah ada contohnya di Inggris," kata Jokowi.

Kebijakan yang dimaksud Presiden Jokowi adalah Pemangkasan Pajak senilai 45 miliar Poundsterling atau sekitar Rp 780 triliun oleh Mantan Perdana Menteri Mary Elizabeth Truss. Tujuan utama kebijakan tersebut adalah mengakselerasi pertumbuhan negara tersebut.

Namun, Pemerintah tidak punya dana untuk menambal pendapatan pajak yang hilang. Alhasil, kebijakan tersebut dijalankan dengan menambah utang baru.

Pasar merespon kebijakan Truss dengan anjloknya nilai tukar Poundsterling dan obligasi pemerintah. Alhasil, Bank Sentral Inggris terpaksa membeli obligasi pemerintah untuk menenangkan pasar.

Berdasarkan data Trading Economics, inflasi Inggris pada September 2022 mencapai 10,1%. atau tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Bank of England memperkirakan inflasi bisa mencapai 13% pada akhir 2022 seiring dengan krisis energi yang kian memanas.

International Monetary Fund atau IMF menilai perekonomian Inggris akan tetap tumbuh 3,6% selama 2022. Namun pertumbuhan ekonomi perekonomian akan anjlok ke 0,3% pada tahun depan. Prediksi ini lebih rendah dari perkiraan IMF sebelumnya di angka 0,5%.  

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...