Bakal Dijual, Valuasi Anak Usaha Jiwasraya Disebut Rp 9 Triliun

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Seorang pria melintas di depan kantor Asuransi Jiwasraya, Jakarta (14/11/2019).
21/11/2019, 17.22 WIB

Manajemen Jiwasraya dan pemerintah tengah menjajakan anak usaha Jiwasraya yakni Jiwasraya Putra kepada investor. Ini bagian dari strategi untuk menangani tekanan keuangan yang membelit perusahaan. Lantas, berapa valuasi Jiwasraya Putra?

Staf Khusus Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga mengatakan valuasi anak usaha tersebut sebesar Rp 9 triliun. Ia menjelaskan, beberapa produk Jiwasraya akan diturunkan ke Jiwasraya Putra. Ini salah satu yang menyokong nilai anak usaha tersebut.

“Ada produk-produk dia yang bagus, terlepas dari sisi keuangannya. Kami sedang memilah-milah mana bisnis yang bagus untuk diteruskan dan bisa dijual ke investor," ujarnya, saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Kamis (21/11).

(Baca: Dirut Jiwasraya Beberkan Penyelesaian Masalah Finansial Tanpa APBN)

Jiwasraya Putra memang sengaja dibentuk dengan tujuan menyokong keuangan Jiwasraya. Sebanyak delapan investor – semuanya asing—disebut berminat untuk memegang saham Jiwasraya Putra yang tentunya tidak menanggung utang induk. Beberapa BUMN sempat disebut menjadi pemegang saham awal Jiwasraya Putra.

Berdasarkan materi presentasi Rapat Dengar Pendapat Jiwasraya dengan DPR, Jiwasraya tercatat mengalami modal atau ekuitas minus Rp 24 triliun per September 2019. BUMN Asuransi ini membutuhkan dana Rp 32,89 triliun untuk memenuhi rasio kecukupan modal berbasis risiko (RBC) sesuai ketetapan otoritas yakni 120%.

Ekuitas negatif terjadi karena beberapa penyebab, di antaranya perusahaan banyak melakukan investasi pada aset berisiko untuk mengejar imbal hasil tinggi. Pada tahun lalu, sebesar 22,4% atau Rp 5,7 triliun dari total aset finansial perusahaan ditempatkan pada saham, tetapi hanya 5% yang ditempatkan pada saham LQ45.

(Baca: Nasib Nasabah Gagal Bayar Jiwasraya serta Sangkaan ke OJK dan BUMN)

Lalu, 59,1% atau Rp 14,9 triliun ditempatkan pada reksa dana, tetapi hanya 2% yang dikelola oleh top tier manajer investasi. Selain itu, ada temuan rekayasa harga saham. Modusnya, Jiwasraya membeli saham dengan harga mahal kemudian dijual pada harga negosiasi (di atas harga perolehan) kepada manajer investasi, untuk kemudian dibeli Jiwasraya.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan, pihaknya telah melapor ke Kejaksaan Agung terkait kemungkinan kecurangan (fraud) di tubuh Jiwasraya. "Kalau ada potensi korupsi, ada oknum yang menggelapkan di masa lalu akan kami laporkan," ujarnya, beberapa waktu lalu.