PT Astra International Tbk. mengantongi laba bersih konsolidasi senilai Rp 21,67 triliun pada 2018 atau tumbuh hingga 15% dari tahun 2017 yang senilai Rp 18,84 triliun. Selain itu, grup usaha multisektor ini juga berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 16% menjadi Rp 239,2 triliun.
"Grup telah mencapai kinerja yang baik pada tahun 2018, tetapi situasi bisnis tahun 2019 tampaknya lebih menantang karena ketidakpastian kondisi makro ekonomi, pasar mobil yang sangat kompetitif, dan penurunan harga komoditas," kata Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto melalui siaran pers yang diterima Katadata.co.id, Rabu (27/2).
Lini bisnis otomotif masih menjadi penyumbang laba bersih perusahaan sepanjang 2018 dengan kontribusi laba senilai Rp 8,51 triliun atau 39,3% dari total laba bersih. Padahal, laba bersih lini bisnis ini mengalami penurunan sebesar 4%, dari Rp 8,86 triliun di tahun 2017 lalu. Penurunan laba bersih itu disebabkan oleh penurunan margin operasi, walaupun terdapat kenaikan penjualan unit otomotif.
Penjualan mobil secara nasional meningkat 7% pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2017 menjadi 1,15 juta unit. Namun, penjualan mobil Astra hanya tumbuh 1% pada 2018 menjadi 582.000 unit. Ada pun, pangsa pasar Astra di segmen penjualan mobil menurun dari 54% di 2017 menjadi 51% di tahun lalu karena meningkatnya kompetisi.
(Baca: Optimalkan Bisnis di Indonesia, Stanchart Siap Jual Saham Bank Permata)
Di sisi lain, penjualan sepeda motor secara nasional meningkat 8% tahun lalu menjadi 6,4 juta unit. Penjualan roda dua melalui PT Astra Honda Motor (AHM) di pasar domestik meningkat 9% dari tahun 2017, menjadi 4,8 juta unit pada tahun lalu. Sementara, pangsa pasar sepeda motor AHM masih stabil sebesar 75% di 2018.
Masih dari lini bisnis otomotif, PT Astra Otoparts Tbk (AOP) yang bergerak di bisnis komponen otomotif, laba bersihnya meningkat 11% menjadi Rp 611 miliar di 2018. Hal itu disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari meningkatnya kinerja penjualan pasar pabrikan otomotif atau original equipment manufacturer (OEM), dan pasar suku cadang pengganti atau replacement market (REM).
Lini bisnis Astra International yang mengalami pertumbuhan laba bersih paling signifikan yaitu lini bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi. Laba bersihnya tumbuh hingga 48% dari Rp 4,46 triliun pada 2017, menjadi Rp 6,63 triliun di 2018. Dengan catatan tersebut, lini bisnis ini menjadi kontributor nomor dua sebagai penyumbang laba bersih ke induk.
PT United Tractors Tbk. yang 59,5% sahamnya dimiliki Astra, mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 50% di 2018 menjadi Rp 11,1 triliun. Peningkatan itu disebabkan karena adanya peningkatan kinerja bisnis mesin konstruksi, kontraktor penambangan, dan pertambangan. Hal itu, seluruhnya diuntungkan oleh harga batu bara yang lebih tinggi tahun lalu dibandingkan tahun 2017.
(Baca: Walau Pasar Minim Sentimen, IHSG Ditutup Terkoreksi 0,23%)
Sementara, perusahaan kontraktor umum PT Acset Indonusa Tbk., mengalami penurunan laba bersih sebesar 88% di 2018 menjadi Rp 18 miliar. Penyebabnya adalah kenaikan beban pembiayaan. Ada pun, mereka mampu memperoleh penambahan proyek-proyek konstruksi baru senilai Rp 1,6 triliun sepanjang tahun 2018.
Selain dari dua lini bisnis tersebut, penyumbang laba bersih kepada Astra International lainnnya, yaitu lini bisnis jasa keuangan yang laba bersihnya meningkat 28% dari Rp 3,75 trilun di 2017 menjadi Rp 4,81 triliun pada 2018. Lalu, dari sektor agribisnis, PT Astra Agro Lestari Tbk. menyumbang laba bersih senilai Rp 1,14 triliun di 2018, meski laba bersih lini ini merosot hingga 27% dari capaian 2017 Rp 1,56 triliun.
Merosotnya laba bersih lini bisnis agribisnis ini disebabkan oleh penurunan rata-rata harga minyak kelapa sawit di 2018 menjadi Rp 7.275/kg atau turun 12% dibandingkan dengan rata-rata pada tahun 2017.
Sementara itu, lini bisnis Astra yang bergerak di bidang teknologi informasi (TI) menyumbang laba bersih senilai Rp 208 miliar pada 2018, meningkat 5% dari tahun 2017 yang senilai Rp 198 miliar. Lalu, lini bisnis infrastruktur dan logistik juga ikut membukukan laba bersih senilai Rp 196 miliar di 2018. Padahal tahun sebelumnya, lini bisnis ini membukukan rugi bersih senilai Rp 231 miliar.
Terakhir, lini bisnis Astra International yang menyumbang laba bersih konsolidasi terkecil yaitu dari sektor properti dengan laba bersih senilai Rp 160 miliar di tahun 2018. Namun, perolehan laba bersihnya tahun ini mengalami penurunan 28% dari posisi tahun sebelumnya yang sebesar Rp 223 miliar.