PT Pegadaian (Persero) menargetkan laba bersih sebesar Rp 2,7 triliun tahun ini, atau meningkat 7,14% dari tahun 2017. Strategi utama untuk mencapai target tersebut dengan meningkatkan kualitas layanan seperti digitalisasi business process dan revitalisasi gudang logistik.
“Strategi Pegadaian dalam menghadapi tantangan, antara lain melakukan transformasi pengembangan kanal distribusi, maupun produk yang berbasis digital," ujar Direktur Utama Pegadaian Sunarso melalui siaran persnya, Kamis (15/3).
Perusahaan plat merah itu juga akan memperluas jangkauan dan jenis layanan dengan memberikan layanan online melalui aplikasi telepon seluler, menambah produk baru seperti gadai tanpa bunga, gadai tanah syariah, dan layanan berbasis financial technology (fintech).
(Baca juga: Orang Indonesia Gemar Ikuti Tren, Fintech Diramal Makin Moncer)
Tahun lalu, Pegadaian meraup laba Rp 2,52 triliun atau tumbuh 13,7% dari tahun 2016. Capaian tersebut didorong oleh kenaikan Outsanding Loan (OSL) menjadi Rp 36,88 triliun dan pendapatan usaha menjadi sebesar Rp 10,523 triliun.
Dari sana, Pegadaian juga mencatatkan setoran pajak sebesar Rp 1,6 Triliun dan deviden sebanyak Rp 1,02 Triliun pada 2017.
Sementara, Pegadaian menargetkan OSL pada tahun ini sebesar Rp 45,4 triliun dan pendapatan usaha Rp12,5 triliun atau meningkat sekitar 19% dibandingkan pendapatan tahun lalu.
"Performa keuangan perusahaan tahun 2018 diperkirakan akan terus tumbuh positif seiring dengan berlanjutnya prospek ekonomi nasional yang diperkirakan tumbuh 5,4%," kata Sunarso.
(Baca: Kolaborasi Fintech dan Bank Diprediksi Meningkat Tahun Depan)
Sunarso menjelaskan untuk kebutuhan pendanaan sepanjang tahun ini, Perseroan menerbitkan obligasi berkelanjutan III tahap II dengan nilai total emisi Rp3,5 triliun yang akan digunakan untuk keperluan refinancing obligasi, modal kerja dan pelunasan Surat Utang Pemerintah (SUP) yang jatuh tempo, serta mengejar target Outstanding Loan.
Selain itu, Pegadaian juga menerbitkan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) senilai Rp 500 miliar yang digunakan untuk memperbaiki struktur pendanaan untuk memperoleh cost of fund yang lebih baik.