RI Berpeluang Tingkatkan Ekspor dengan Pulihnya Ekonomi AS dan Eropa
Kamar Dagang dan Industri atau Kadin menyatakan ada peluang peningkatan ekspor ke Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Pasalnya, ekonomi kedua kawasan tersebut mulai membaik meskipun kasus Covid-19 masih cukup tinggi.
"Kita harus cepat tanggap. Pemerintah juga mendorong supaya kuota ekspor meningkat," kata Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perindustrian Johnny Darmawan kepada Katadata.co.id, Selasa (28/7).
Menurutnya, Indonesia bisa meningkatkan ekspor bahan baku ke Eropa maupun Amerika Serikat karena data ekonomi yang posiitf. Salah satunya data purchasing managers index (PMI) Eropa yang menunjukkan level ekspansi di atas 50. Selain itu, Indonesia bisa mendorong ekspor ke negara dengan kasus Covid-19 yang rendah seperti Afrika.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Kamdani juga berharap pemulihan Eropa dan AS dapat memberikan dampak positif kepada Indonesia. "Semakin positif perkembangan pasar AS dan Eropa, semakin baik proyeksinya bagi pertumbuhan ekspor nasional ke kedua pasar tersebut," ujar Shinta.
Meski begitu, Shinta mengatakan manfaat ekonomi yang bisa didapat Indonesia tergantung pada ekspansi bisnis di AS dan Eropa, serta kepercayaan pasar kedua kawasan tersebut untuk melakukan konsumsi non-esensial.
Selain itu, pengusaha Indonesia harus memerhatikan perubahan pola konsumsi di kedua pasar pasca Covid-19. Pasalnya, tuntutan terhadap masalah kesehatan dan masalah keberlanjutan bisnis semakin tinggi.
Hal ini juga diikuti dengan peningkatan permintaan terhadap efisiensi dan rantai pasok yang dapat diandalkan. Oleh karena itu, Shinta menilai peluang tersebut tidak bisa dimanfaatkan menjadi peningkatan ekspor nasional bila tidak diikuti dengan penyesuaian kebutuhan pasar.
Sebagaimana diketahui, data perekonomian terbaru di AS dan Eropa mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan, meskipun dibayangi peningkatan kasus virus corona. Penjualan rumah keluarga tunggal di AS pada Juni 2020 melaju hampir ke level tertinggi dalam 13 tahun terakhir, sedangkan data PMI di Eropa meningkat kembali ke level ekspansi pada Juli 2020.
Penjualan rumah baru di Negeri Paman Sam naik 13,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 776.000 unit bulan lalu, level tertinggi sejak Juli 2007. Laju penjualan Mei 2020 direvisi naik menjadi 682.000 unit dari 676.000 unit yang dilaporkan sebelumnya.
Di sisi lain, sebuah laporan terpisah pada hari Jumat (24/7) dari perusahaan data IHS Markit menunjukkan kenaikan indeks output PMI Komposit AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, naik ke pembacaan 50 pada Juli 2020 dari 47,9 pada Juni 2020. Kenaikan itu mengakhiri penurunan selama lima bulan berturut-turut.
Angka di atas 50 menunjukkan pertumbuhan hasil produksi sektor swasta. IHS Markit mengatakan beberapa penyedia layanan sedang berjuang dengan reintroduksi langkah-langkah khusus. Pasalnya, indeks pesanan komposit baru tergelincir ke 49,5 bulan ini dari 49,9 pada Juni 2020.
Sedangkan data perekonomian di Eropa juga mulai menunjukkan pemulihan. Indeks output PMI benua tersebut kembali ke level ekspansi pada Juli 2020 sebesar 54,8. Data PMI yang dirilis IHS Market ini sebelumnya juga membaik pada Juni 2020 dari 31,9 pada Mei tahuni ni menjadi 47,5 meskipun masih dalam level kontraksi.
"Perusahaan-perusahaan di seluruh kawasan Euro melaporkan awal yang menggembirakan ke kuartal ketiga, dengan output tumbuh pada tingkat tercepat selama lebih dari dua tahun pada Juli 2020 ketika ekonomi dibuka kembali. Permintaan juga menunjukkan tanda-tanda kebangkitan," ujar Chris Williamson, kepala ekonom bisnis di IHS Markit dikutip dari CNBC.