Frekuensi Letusan Gunung Agung Menurun, Status Masih Siaga

ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
Cahaya magma dalam kawah Gunung Agung terpantul pada abu vulkanis ketika diabadikan dari Desa Datah, Karangasem, Bali, Jumat (29/6).
29/6/2018, 13.16 WIB

Status Gunung Agung belum ada peningkatan pascameletus pada Rabu (27/6) lalu. Ini karena frekuensi letusan gunung yang berada di Bali itu terus menurun.

Rabu kemarin, erupsi terjadi pada pukul 22:00 WITA. Saat itu, erupsi pertama membuka rekahan di dasar kawah menjadi lebih besar. Rekahan menjadi jalan terjadinya erupsi secara menerus hingga pukul 12:00 WITA, Kamis, 28 Juni 2018.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar mengatakan saat ini level amplitudo letusan gunung itu tidak mencapai 10 mm. Kondisi ini tidak separah level amplitudo Gunung Agung pada letusan 25-27 November 2017 yang mencapai 30 mm.

Alhasil, status Gunung Agung yang saat ini level siaga tiga tidak diubah. "Namun sejak pukul 1 dini hari tadi frekuensi dan erupsi Gunung Agung sudah menurun drastis, status tidak kami tingkatkan, tetap siaga di level tiga," kata Rudy di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (29/6).

Meski demikian, Badan Geologi melalu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan terus memonitor aktivitas Gunung Agung. Jika terjadi perubahan yang signifikan, statusnya dapat dievaluasi kembali.

Menurut Rudy, fenomena emisi gas dan abu yang terjadi secara menerus sejak kemarin menjadi bagian dari aktivitas erupsi secara efusif, yaitu berupa aliran lava segar ke dalam kawah. Namun Rudy belum mengetahui laju penambahan volume lava akibat erupsi karena masih menunggu informasi dari citra satelit.

Akibat erupsi itu, Bandar Udara (Bandara) Ngurah Rai di Bali ditutup untuk sementara waktu. Alasannya, abu dari erupsi kemarin masih bertebaran. Ketinggian hempasan abu itu mencapai 1.500-2.500 meter dari permukaan Kawah Gunung.

(Baca: Erupsi Gunung Agung, Bandara Ngurah Rai Ditutup Hingga Pukul 19.00)

Hembusan abu juga sudah bergerak ke arah Barat Daya Bali dan mulai memasuki area seperti Banyuwangi dan Jember di Jawa Timur. Alhasil, Bandara Jember dan Banyuwangi pun ditutup karena abu dinilai dapat mengganggu aktivitas penerbangan.

Rudy mengimbau agar masyarakat di sekitar Gunung Agung baik pendaki, pengunjung, dan wisatawan agar tidak melakukan aktivitas di zona perkiraan bahaya di seluruh area dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung. Masyarakat juga  diminta untuk menggunakan masker pelindung untuk menghindar dari potensi bahaya abu vulkanik bagi kesehatan.

Imbauan lainnya yakni masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi. Terakhir, Badan Geologi meminta masyarakat tetap tenang dan menjaga kesiapsiagaan, sebab aktivitas Gunung Agung belum kembali normal.