Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan akan terus mendukung percepatan pembangunan infrastruktur di Papua Barat. Ada dua Wilayah Pengembangan Strategis (WPS), yakni WPS 31 Sorong-Manokwari dan WPS 32 Manokwari-Bintuni.
"Pembangunan infrastruktur tidak hanya untuk mendorong perkembangan ekonomi di kawasan perkotaan dan kawasan maju lainnya, tetapi juga infrastruktur di kawasan yang sedang berkembang dan perbatasan untuk mengurangi disparitas sosial, ekonomi dan wilayah,” ujar Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan resminya, Jumat (21/7).
Tahun ini Kementerian PUPR telah menganggarkan Rp 2,23 Triliun untuk pembangunan infrastruktur di Papua Barat. Infrastruktur ini dibangun dalam mendukung ketahanan pangan, konektivitas, permukiman dan perumahan. Beberapa infrastruktur strategis telah rampung dibangun, sementara lainnya masih dalam tahap penyelesaian.
Pembangunan infrastruktur yang mendukung ketahanan air dan pangan, sudah diselesaikan pada tahun lalu. Salah satunya Bendungan Wariori di Kabupaten Manokwari, yang dilengkapi saluran irigasi primer sepanjang 1 kilometer (Km). Bendungan ini bisa mengairi sawah seluas 1.400 hektare (ha) dari 3.450 ha sawah potensial. Pembangunannya menghabiskan anggaran Rp 237,5 miliar melalui kontrak pekerjaan tahun jamak sepanjang 2013-2016.
Bendungan lain di Kabupaten Manokwari yang sudah selesai tahun lalu yakni Bendung Oransbari. Bendungan ini mampu mengairi sawah seluas 3.016 ha dan saat ini sudah berfungsi mengairi 700 ha untuk 450 petani.
Balai Wilayah Sungai Papua Barat juga telah menyelesaikan revitalisasi sungai Klagison di Kota Sorong serta pembangunan pengamanan Pantai Tanjung Kasuari Supraw. Total anggaran yang dihabiskan untuk pembangunan infrastruktur ini masing-masing Rp 19,56 miliar dan Rp 13,22 miliar.
Untuk mendukung konektivitas, Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Papua Barat saat ini tengah menyelesaikan Proyek Pembangunan Jalan Trans Papua bagian barat. Hingga kini telah dicapai pembangunan jalan sepanjang 1.058,76 km dari total panjang 1.070,62 km dan ditargetkan akan terbuka seluruhnya pada tahun ini. (Baca: Pakai Motor Trail, Jokowi dan Jenderal Gatot Jajal Trans Papua)
Pada segmen 1, ruas Sorong-Maybrat-Manokwari (594,81 km) hingga akhir tahun lalu sudah teraspal sepanjang 459,93 km dan yang masih dalam perkerasan tanah sepanjang 134,88 km. Pada ruas jala tersebut dibangun 144 jembatan dengan total panjang 4.969,70 meter. Hingga 2016, sudah terbangun 135 jembatan dan dilanjutkan pada 2017 pembangunan 5 jembatan dengan total panjang 115 meter, sisanya dilanjutkan pada 2018.
Pada segmen 2 ruas Manokwari-Wameh-Wasior-Batas Provinsi Papua sepanjang 475,81 km, hingga tahun lalu sudah teraspal sepanjang 147,99 km dan sisanya 315,96 km masih perkerasan tanah. Ruas jalan ini sudah terbuka seluruhnya, namun masih membutuhkan perbaikan geometri dan penanganan jembatan dibeberapa lokasi.
Rencananya pada ruas tersebut akan dibangun 263 unit jembatan dengan total panjang 6.421,90 meter. Sebanyak 68 jembatan telah rampung pada tahun 2016, dan sebanyak 195 jembatan dilanjutkan pembangunannya hingga tahun 2018.
Untuk ruas lingkar Sorong-Pelabuhan Arar yang sudah beraspal sepanjang 15,55 km, sementara 34,64 km dalam kondisi perkerasan tanah. Jalan ini akan mendukung konektivitas Pelabuhan Arar yang merupakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong.
Kementerian PUPR juga tengah membangun jalan lingkar Sorong menuju Pelabuhan Arar sepanjang 50,19 km. Jalan ini terbagi 2 segmen, yaitu segmen 1 dari Aimas (KM 18) ke Pelabuhan Arar sepanjang 17,6 km. Segmen 2 mulai dari Aimas melingkari Kota Sorong ke daerah Soka sepanjang 32,59 km.
(Baca: Infrastruktur BBM Satu Harga Bertambah Lagi di Papua)
Kemudian Jalan Lingkar Raja Ampat sepanjang 342 km untuk mendukung Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Raja Ampat. Tahun ini Kementerian PUPR telah mengalokasikan anggaran Rp 31,5 miliar untuk pembangunan jalan tersebut. Masalahnya panjang jalan yang dapat dibangun hanya 228,39 km, sisanya sepanjang 113,61 km masuk dalam wilayah cagar alam.
Kondisi Jalan Lingkar Raja Ampat yang sudah teraspal mencapai 35,77 km, 96,43 km masih berupa perkerasan tanah dan sisanya 209,8 km belum terbuka. Tahun ini ditargetkan ada tambahan jalan yang beraspal sepanjang 37,77 km dan 97,76 km perkerasan batu.
Di bidang perumahan, Kementerian PUPR juga telah membangun sejumlah rumah khusus yang diperuntukan bagi Polri di Kabupaten Sorong, TNI di Kota Sorong, nelayan di Teluk Mayalimbit Raja Ampat, rumah khusus di Distrik Batanta Selatan Raja Ampat, dan mendukung perumahan Green Sorong bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kabupaten Sorong.
(Baca: Sejak 2010, Penerima Subsidi Rumah Murah Masih Terpusat di Jawa)