Perkembangan kebudayaan masyarakat Jawa Timur melahirkan sejumlah kesenian yang mendunia, salah satunya Reog Ponorogo.
Sesuai namanya, kesenian Reog Ponorogo berasal dari Kabupaten Ponorogo di Jawa Timur. Reog Ponorogo telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia dengan nomor registrasi 201300028 pada tahun 2013.
Melansir Kemenkopmk.go.id, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) tengah mengusulkan kesenian Reog Ponorogo ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage/ICH) UNESCO.
Pada tanggal 31 Maret 2022, berkas pengusulan dan kelengkapan Reog Ponorogo telah diterima oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek melalui Direktorat Perlindungan Kebudayaan serta telah diajukan kepada Sekretariat ICH UNESCO.
Sejarah Reog Ponorogo
Sejarah Reog Ponorogo bermula dari Kerajaan Bantarangin yang kini dikenal sebagai Kabupaten Ponorogo. Mengutip buku Mengenal Kesenian Nasional 5: Reog, Raja Kelana Swandana berniat melamar putri Kerajaan Kediri yang bernama Dewi Ragil Kuning atau dikenal dengan Putri Sanggalangit.
Dalam perjalanannya, Raja Kelana Swandana dikawal oleh wakilnya yang bernama Patih Pujangga Anom atau dikenal dengan Bujang Ganong dan warok, yaitu pengawal raja yang memiliki kekuatan ilmu hitam untuk mematikan para lawan.
Warok mengenakan pakaian berupa baju dan celana berawarna hitam. Bajunya dibiarkan terbuka dan dibaliknya dikenakan kaus bergaris. Para warok membawa senjata berupa pecut atau cemeti.
Tiba-tiba, rombongan Raja Kelana dihadang oleh Raja Kediri yang bernama Singa Barong beserta pasukan tentaranya yang terdiri dari burung merak dan singa. Terjadi pertarungan antara pasukan Raja Kelana dan Singa Barong.
Pertarungan berlangsung selama beberapa hari. Kedua pihak memiliki ilmu hitam yang sama kuatnya. Menyadari hal itu, kedua pasukan sepakat untuk berhenti berperang dan berdamai. Lamaran Raja Kelana kepada Putri Sanggalangit diterima oleh Singa Barong.
Saat acara pernikahan, pasukan merak dan singa dari Kerajaan Kediri dan pasukan warok dari Kerajaan Bantarangin melakukan atraksi untuk para penonton. Mereka memperagakan pertarungan yang kemudian dijadikan sebuah pertunjukan tarian yang dikenal dengan nama Reog Ponorogo.
Fungsi Tari Reog Ponorogo
Berdasarkan buku "Ngreog" di Jurug: Kisah Belajar Hidup di Desa Jurug, Ponorogo, pertunjukan kesenian Reog Ponorogo memiliki berbagai fungsi. Dari sisi pertunjukkan, fungsi Reog Ponorogo adalah sarana hiburan masyarakat dan wisatawan, mulai dari domestik hingga mancanegara.
Selain itu, terdapat unsur ritual dalam pertunjukan Reog Ponorogo. Dalam jurnal skripsi berjudul Makna Ritual Dalam Pementasan Seni Tradisi Reog Ponorogo dijelaskan, sebuah ritual diadakan sebelum pementasan seni Reog Ponorogo sebagai usaha untuk menghindari berbagai halangan saat pementasan. Sesaji diberikan sebagai pengakuan terhadap keberadaan roh yang dipercaya masyarakat sebagai penunggu barongan.
Tokoh Reog Ponorogo
Melansir Disbudparpora.ponorogo.go.id, tokoh Reog Ponorogo terdiri dari:
1. Barong
Barong merupakan penari yang menggambarkan Singa Barong, yaitu musuh dari Raja Kelana Swandana. Singa Barong mengenakan kostum yaitu kepala harimau (caplokan) yang terbuat dari kerangka kayu, bambu, dan rotan, lalu ditutup dengan kulit harimau gembong. Di atas topeng Singa Barong ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa.
2. Raja Kelana Swandana
Raja Kelana Swandana digambarkan dengan topeng bermahkota, wajah berwarna merah, mata besar melotot dan kumis tipis. Raja Kelana Sewandana memiliki senjata andalan yaitu berupa pecut samandiman.
3. Bujang Ganong
Bujang Ganong atau Patih Pujangga Anom digambarkan sebagai tokoh yang energik, kocak, dan mempunyai keahlian unggul dalam seni bela diri. Sosoknya cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.
Tokoh Bujang Ganong secara fisik bertubuh kecil bertubuh kecil, pendek, berwajah buruk, berhidung besar, bermata bulat besar melotot, bergigi tonggos, dan berambut panjang gimbal.
4. Warok
Warok merupakan pasukan Raja Kelana Swandana. Tokoh warok muda digambarkan berbadan gempal dengan bulu dada, kumis, dan jambang lebat serta tatapan mata yang tajam. Sedangkan warok tua merupakan pengawas dengan badan kurus, berjanggut putih, dan berjalan menggunakan tongkat.
5. Jathilan
Jathilan merupakan prajurit berkuda yang diperankan oleh penari perempuan. Mereka membawa properti kuda yang terbuat dari anyaman bambu. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dilakukan berpasangan antara penari satu dengan lainnya.