Tari Piso Surit, Kesenian Asal Sumatera Utara yang Bermakna Memilukan

ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/foc.
Ilustrasi, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta bersama Sanggar Seni Nauli menari tarian khas Batak saat melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) periode 2 tahun 2022.
Penulis: Tifani
Editor: Agung
31/8/2022, 09.44 WIB

Provinsi Sumatera Utara memiliki banyak ragam budaya yang menjadi ciri khas unik daerahnya. Salah satunya ialah tari tradisional khas Suku Batak Karo, Tari Piso Surit. Tari tradisional khas dataran tinggi Karo ini memadukan antara lagu dan tarian khas Suku Karo.

Dilansir dari laman kemdikbud.go.id, Tari Piso Surit diciptakan oleh sosok bernama Djaga Depari. Djaga Depari merupakan putra Karo yang menjadi seorang komponis. Ia menciptakan sebuah lagu berjudul ‘piso surit’ pada tahun 1960-an.

Lagu buatan Djaga Depari rupanya digemari banyak orang Karo pada saat itu, sehingga lagu ini didengarkan saat acara-acara adat digelar. Lama-kelamaan masyarakat Karo berinisiatif menciptakan gerakan-gerakan tari yang mengikuti alunan lagu piso surit.

Seluk-beluk Tari Piso Surit

Dalam bahasa Batak Karo, piso memang memiliki arti pisau. Namun Tari Piso Surit tidak ada hubungannya dengan pisau. Kesenian asal Sumatera Utara ini, justru merujuk pada burung picala yang dikenal memiliki kicauan yang merdu.

Burung picala memiliki suara kicauan yang nyaring dan berulang-ulang, sehingga kicauan burung ini terdengar menyedihkan dan memilkukan, seperti makna tarian ini. Tari Piso Surit bercerita tentang seorang gadis yang menantikan kedatangan kekasihnya. Gadis tersebut menjadi sedih karena menunggu terlalu lama, sehingga orang yang melihatnya menjadi pilu.

Gadis tersebut diibaratkan seperti burung picala yang tengah memanggil-manggil pasangannya. Gerakan Tari Piso Surit tidak jauh berbeda dengan gerakan tarian tradisional Karo lainnya. Gerakan tarian ini juga diambil dari gerak dasar Tari Lima Serangkai.

Namun bedanya gerakan Tari Piso Surit dimodifikasi dan ditambahkan gerakan-gerakan dengan nuansa sedih, seperti makna yang terkandung dalam tarian ini. Gerakan Tari Piso Surit cenderung lemah gemulai. Banyak gerakan tarian tradisional anak Karo ini memiliki dasar gerak dan pola yang sama, sehingga terkesan diulang-ulang.

Perkembangan Tari Piso Surit

Dalam tarian asal Sumatera Utara ini, para penari melakukan gerakan naik turun, berhadap-hadapan, berputar, dan berjinjit. Para penari juga sesekali melentikan jari jemari. Apabila diperhatikan baik-baik, setiap gerakan dalam tarian tersebut tentu memiliki makna khusus.

Dalam pertunjukannya, Tari Piso Surit biasanya diiringi oleh alunan musik tradisional seperti gong, kecapi dan gedang khas Karo. Sedangkan irama yang dimaikan merupakan lagu “piso surit” yang menjadi ciri khas Tari Piso Surit ini. Irama lagu piso surit ini cenderung memiliki tempo yang lambat, sehingga sangat sesuai dengan gerakan Tari Piso Surit ini yang lemah gemulai.

Biasanya penari Tari Piso Surit menggunakan busana adat suku Karo, lengkap dengan 'uis' atau kain khas Karo. Penari pria mengenakan baju kemeja panjang dan celana panjang serta uis sebagai gonje (sarung), mahkota, uis nipes (selendang), dan benting (ikat pinggang).

Sementara, penari wanita mengenakan kebaya serta uis sebagai abit (kain panjang bawah), tudung (penutup kepala), dan uis nipes (selendang).

Meskipun Tari Piso Surit memiliki makna yang menyedikan dan memilukan, kesenian asal Sumatera Utara ini digunakan untuk menyambut tamu kehormatan atau tamu agung. Tari Piso Surit ini juga masih sering ditampilkan di berbagai acara adat seperti penyambutan tamu agung, pernikahan dan acara adat lainnya.

Selain itu, Tari Piso Surit ini juga sering ditampilkan di berbagai acara budaya seperti pertunjukan seni, festival budaya dan promosi pariwisata. Walaupun Tari Piso Surit tergolong tari kreasi yang memiliki perjalanan singkat dari tahun 1960-an sampai dengan sekarang. Masyarakat Karo sudah menganggap Tari Piso Surit masuk kedalam tari tradisional khas masyarakat Karo.

Dalam perkembangannya, Tari Piso Surit masih terus dilestarikan dan dikembangkan hingga sekarang. Berbagai kreasi dan variasi juga sering dilakukan sebagai pengembangan Tari Piso Surit ini agar terlihat menarik. Meski begitu pengembangan Tari Piso Surit tidak menghilangkan ciri khas dan keasliannya.

Selain di kawasan dataran tinggi tanah Karo, Tari Piso Surit juga dapat ditemukan diberbagai daerah dimana Suku Karo berada, seperti Kabupaten Langkat. Tari Piso Surit dikenal masyarakat Langkat karena adanya orang Karo dari Kabupaten Karo yang tinggal, bermukim dan menetap di daerah Langkat.

Hal ini karena posisi geografis Kabupaten Langkat berbatasan langsung dengan Kabupaten Karo di bagian Selatan. Tetapi, tidak diketahui secara pasti kapan Tari Piso Surit ini hadir dan populer disana.

Di Kabupaten Langkat, Tari Piso Surit kerap dimainkan pada acara hari ulang tahun kabupaten, pesta rakyat dan diadakannya lomba tari piso surit disetiap tahunnya.

Masyarakat Suku Karo yang berada di Kabupaten Langkat menganggap Tari Piso Surit adalah salah satu kesenian khas orang Karo. Termasuk mereka sebagai orang Karo yang tinggal di Kabupaten Langkat. Namun ada sedikit perbedaan gaya yang terlihat pada Tari Piso Surit yang ada di Kabupaten Langkat.

Tari Piso Surit ala Kabupaten Langkat sedikit menirukan gaya penari tarian Melayu. Namun sturuktur dan motif tarian yang ditarikan tetap memiliki ciri khas Tari Piso Surit hanya saja gaya menarinya hampir seperti langgam tari melayu.