Mengenal Ketuk Tilu, Tari Tradisional yang Mengisnpirasi Jaipong

ANTARA FOTO/Novrian Arbi/aww.
Ilustrasi, pertunjukan Tari Ketuk Tilu di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/8/2022).
Penulis: Tifani
Editor: Agung
1/9/2022, 12.47 WIB

Ketuk Pilu bisa jadi merupakan salah satu tari tradisional yang jarang didengar oleh banyak orang. Padahal, tari tradisional asal Jawa Barat ini merupakan cikal bakal Tari Jaipong, yang berasal dari daerah yang sama.

Dilansir dari laman resmi Kemdikbud.go.id, Tari Ketuk Tilu termasuk dalam kesenian tari tradisional pergaulan dan hiburan. Tarian Ketuk Tilu biasanya ditampilkan saat acara hiburan, seperti pesta perkawinan maupun pesta rakyat. Tari Ketuk Tilu tidak memiliki keterkaitan yang sakral dengan suatu acara adat tertentu.

Tari tradisional ini murni hanya sebagai pertunjukkan pergaulan dan hiburan bagi masyarakat Jawa Barat. Nama Tari Ketuk Tilu berasal dari nama alat musik pengiringnya, yang terdiri dari 3 ketuk atau bonang yang bisa mengeluarkan suara.

Alat musik yang dimaksud, antara lain pola rebab, kendang indung (gendang besar), dan kendang kulanter (gendang kecil). Untuk menambah kemeriahannya, Tari Ketuk Tilu ini juga sering diiringi alat musik gong dan kecrek.

Sejarah Singkat Tari Ketuk Pilu

Masyarakat Sunda zaman dahulu mementaskan Tari Ketuk Tilu sebagai bentuk kegembiraan dan wujud syukur untuk menyambut datangnya hari panen padi.

Kegembiraan tersebut dapat dilihat dari gerakan, alat musik pengiring, dan ekspresi para penarinya. Tari Ketuk Tilu ini bahkan diawali musik pengiring untuk mengumpulkan penonton dahulu. Usai para penonton berkerumun, barulah para penari akan memasuki area pementasan.

Sejarah lain dari Tari Ketuk Tilu ialah jenis tari pegaulan yang ditampilkan untuk menunjukkan rasa kebersamaan dan tenggang rasa antar masyarakat Sunda yang mengikuti acara. Sebelum fungsi Tari Ketuk Tilu ini bergeser untuk merayakan hari panen, pada zaman penjajahan Belanda tari tradisional ini digunakan sebagai glosarium atau hiburan semata.

Seiring perkembangan zaman, kini Tari Ketuk Tilu juga dipentaskan di dalam berbagai acara lainnya, seperti acara pernikahan, pagelaran masyarakat, dan masih banyak lagi. Tidak hanya itu, Tari Ketuk Tilu kini juga dijadikan sebagai mata pencaharian oleh sebagian orang. Seperti para kelompok Tari Ketuk Tilu yang tersebar di wilayah Priangan Jawa Barat.

Tari Ketuk Tilu dipentaskan oleh 12 orang penari, yakni enam laki-laki dan enam perempuan. Biasanya Tari Ketuk Tilu akan dipentaskan pada malam hari. Tari Ketuk Tilu akan dibukan dengan mengarak seorang gadis desa ke tempat yang luas atau area pertunjukan.

Gerakan Tari Ketuk Pilu

Gerakan Tari Ketuk Tilu dikenal sebagai istilah 3G yaitu, "Geol", "Gitek", dan "Goyang", yang melambangkan kesuburan. Selain ketiga gerakan pokok tersebut, ada pula beberapa gerakan yang menjadi ciri khas tari tradisional khas Sunda ini. Pertama gerakan bayang kehidupan wayang.

Gerakan ini melambangkan kisah manusia yang terkadang buruk, abu-abu, dan baik. Gerakan ini berupa ayunan yang sedikit malu-malu. Geakan kedua bernama gerakan emprak.

Gerakan ini melambangkan bahwa manusia harus membumi, yang mengacu peribahasa ‘di mana bumi dipijak, di situlah langit dijunjung’. Lalu ada gerakan Depok yang melambangkan bahwa manusia harus tetap berpegang teguh pada pendirian masing-masing.

Selanjutnya gerakan pling atau gibas, gerakan ini melambangkan bahwa manusia harus senantiasa mewaspadai segala ancaman dan marabahaya. Kemudian ada gerakan Gentus, yang melambangkan bahwa manusia harus mampu mempertahankan diri dan melawan segala ancaman dari musuh.

Lalu gerakan jaga diri irama yang melambangkan kehidupan manusia yang harus senantiasa bisa menjaga diri dan membentengi diri dari segala cobaan. Ini merupakan gerakan ketangkasan kehidupan yang melambangkan ketangkasan agar dapat menjalankan kehidupan dengan sigap.

Gerakan terakhir tari tradisional ini, adalah gerakan tutup, yang dipentaskan dengan posisi memasang kuda-kuda untuk menangkis berbagai hal buruk yang akan datang di dalam kehidupan.

Beberapa gerakan tersebut juga memiliki nama, seperti lengkah opat, bajing luncat, ban karet, depok, dan sebagainya. Beberapa lagu wajib untuk mengiringi Tari Ketuk Tilu adalah lagu Kidung dan Erang.

Ada juga lagu Polos dan Polos Tomo, Emprak Kagok, dan lagu-lagu lainnya. Lirik lagu yang mengiringi Tari Ketuk Tilu biasanya bernuansa gembira, ceria, dan humoris. Tidak jarang juga salah satu penampil melantunkan lagu yang dibuat secara spontan.

Dalam perkembangannya, Tari Ketuk Tilu ini menjadi kesenian yang banyak menginspirasi dan menjadi bagian dari kesenian Jawa Barat lainnya. Selain menjadi cikal bakal Tari Jaipong, Tari Ketuk Tilu ini juga menjadi bagian dari Ronggeng Gunung di Ciamis, Topeng Betawi di Jabodetabek, Banjet di Karawang dan Subang, dan Ubrug di Banten.