Mengenal Mega Mendung, Motif Batik Cirebon yang Kaya Makna

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ilustrasi, pengrajin batik menunjukkan corak batik Mega Mendung (salah satu jenis batik paling diminati pembeli) di Galeri Batik Hafiyan di Pusat Batik Trusmi, Plered, Cirebon, Jawa Barat, Rabu, (11/8/2021).
Penulis: Tifani
Editor: Agung
9/9/2022, 12.39 WIB

Mega mendung adalah salah satu motif batik yang populer dari daerah Cirebon, Jawa Barat. Motif batik mega mendung memiliki sejarah dan makna filosofi tersendiri, khususnya bagi masyarakat Cirebon. Motif batik ini berbentuk seperti gumpalan-gumpalan awan dan dapat beraneka warna.

Ada dua versi catatan mengenai sejarah motif batik mega mendung. Versi pertama menyebutkan mega mendung dibuat oleh Pangeran Cakrabuana, putra Raja Pajajaran sekaligus pendiri Kerajaan Cirebon. Sedangkan versi kedua menyebutkan motif ini diadaptasi dari kebudayaan Tiongkok.

Dikutip dalam buku berjudul "Kode-Kode Nusantara: Telaah Sains Mutakhir atas Jejak-Jejak Tradisi di Kepulauan Indonesia" karya Hokky Situngkir (2016), sejarah munculnya motif batik mega mendung mengarah pada sejarah kedatangan bangsa Tiongkok ke wilayah Cirebon.

Sebab, saat itu pelabuhan Muara Jati di Cirebon merupakan tempat persinggahan para pedagang dari dalam dan luar negeri. Tidak heran kemudian banyak pedagang asal Tiongkok yang datang untuk berdagang, bahkan menetap di pesisir Cirebon.

Sejarah Munculnya Motif Batik Mega Mendung

Dikisahkan abhwa Sunan Gunung Jati yang tengah menyebarkan agama Islam di wilayah Cirebon pada abad ke-16 menikahi Ong Tien, putri dari Kaisar Hong Gie dari Dinasti Ming di Tiongkok. Ia kemudian membawa beberapa benda seni Tiongkok pada saat itu, seperti keramik, piring dan kain berhiaskan bentuk awan.

Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ong Tien tersebut menjadi pintu gerbang masuknya budaya dan tradisi Tiongkok ke keraton Cirebon. Para pembatik keraton menuangkan budaya dan tradisi Tiongkok ke dalam motif batik yang mereka buat, tetapi dengan sentuhan khas Cirebon. Ada perbedaan antara motif mega mendung dari Tiongkok dan yang dari Cirebon.

Misalnya, garis awan pada motif mega mendung Cina berupa bulatan atau lingkaran. Sedangkan motif Cirebon cenderung lonjong, lancip, dan segitiga. Dalam paham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas.

Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas, bebas, dan mempunyai makna ketuhanan. Konsep mengenai awan juga berpengaruh di dunia seni rupa Islam pada abad ke-16, yang digunakan kaum Sufi untuk ungkapan dunia besar atau alam bebas.

Motif batik mega mendung kemudian berkembang menjadi salah satu batik pesisir. Salah satu sentra industri batik pesisir adalah Trusmi. Trusmi berjarak sekira delapan kilometer ke arah barat dari pusat Keraton Kesepuhan Cirebon.

Keberadaan desa ini dikaitkan dengan nama Ki Gede Trusmi, seorang pemimpin agama Islam yang juga pengikut setia Sunan Gunung Jati. Dialah yang mengajarkan seni membatik sebagai sarana menyiarkan agama Islam.

Di masa lalu, penduduk Trusmi membuat batik untuk memenuhi permintaan keraton. Dalam perkembangannya, Trusmi menjadi pusat pembuatan batik di Cirebon. Pengrajin batik Trusmi bukan hanya memproduksi batik keraton tapi juga mengembangkan motif-motif lainnya, seperti mega mendung.

Filosofi di Balik Motif Batik Mega Mendung

Motif batik mega mendung memiliki filosofi bahwasannya setiap manusia harus dapat menahan amarah pada dirinya saat dalam kondisi terpuruk, sedih, maupun tertekan.

Bisa dikatakan, motif batik Mega Mendung  menunjukkan, bahwa manusia harus selalu bersikap bijaksana dalam kondisi apa pun, layaknya awan yang mendung, yang menyejukkan suasana. Sesuai dengan namanya, yakni "Mega" yang berarti Awan, dan "Mendung" yang berarti cuaca yang sejuk.

Motif yang ada dalam batik mega mendung ini juga menggambarkan sebuah kesan maskulin, lugas, dinamis, dan terbuka. Motif mega mendung dulunya dibuat dengan warna biru saja. Namun seiring berkembangnya zaman dan permintaan pasar, gradasi serta komposisi warna batik mega mendung pun kian variatif.

Harganya pun beragam, tergantung teknik yang digunakan. Harga sehelai batik tulis motif mega mendung premium berkisar dari Rp 1,8 hingga Rp 5,9 juta. Hingga kini pewarnaan batik tulis mega mendung masih dilakukan secara manual, sehingga warna batik tidak bisa merata seutuhnya.