Lawang Sewu merupakan salah satu bangunan yang dibangun pada masa kolonialisme Belanda di Indonesia.
Salah satu bangunan bersejarah di Semarang ini mulanya bernama Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Bangunan tua ini dibangun oleh perusahaan kereta api swasta Belanda pada 1904.
Pembangunan diawali dengan penggalian tanah sedalam 4 meter kemudian menggantinya dengan lapisan vulkanis yang membuat bangunan ini menjadi antigempa.
Dilansir dari laman heritage.kai.id, bangunannya dirancang oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek dari Amsterdam.
Ciri Khas Lawang Sewu
Bangunan Lawang Sewu memiliki ciri khas berupa elemen lengkung dan sederhana. Bangunan di desain menyerupai huruf L serta memiliki jumlah jendela dan pintu yang banyak sebagai sistem sirkulasi udara.
Penamaan Lawang Sewu (seribu pintu) karena bangunan ini tampak memiliki banyak pintu. Faktanya bangunan ini hanya memiliki 429 pintu.
Namun sama seperti kebanyakan gedung Belanda lainnya, Lawang Sewu memiliki banyak jendela besar. Jendela-jendela ini, jika dilihat dari jauh akan terlihat seperti pintu. Berasal dari itulah alasannya kenapa orang-orang menyebut gedung ini sebagai "Lawang Sewu".
Selain desain bangunanya yang unik, Lawang Sewu memiliki ornamen kaca patri pabrikan Johannes Lourens Schouten.
Kaca patri tersebut bercerita tentang kemakmuran dan keindahan Jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia, kota maritim serta kejayaan kereta api.
Ragam hias lainnya pada Lawang Sewu antara lain ornamen tembikar pada bidang lengkung di atas balkon, kubah kecil di puncak menara air yang dilapisi tembaga, dan puncak menara dengan hiasan perunggu.
Pembangunan Lawang Sewu dimulai pada 27 februari 1904 dan berhenti pada juli 1907. Kemudian pembangunan gedung bersejarah ini dimulai kembali pada tahun 1916 yang selesai 2 tahun kemudian pada tahun 1918.
Sejarah Singkat Lawang Sewu
Lawang Sewu digunakan untuk kantor administrasi Indische Spoorweg Maatscappij (NIS), sebuah perusahaan kereta api swasta asal Netherland.
Kantor NIS pertama berada di stasiun Semarang, namun karena tempat itu tidak lagi muat pemerintah Belanda akhirnya memutuskan membangun gedung baru.
Meskipun secara resmi bangunan ini hanya beroperasi menjadi kantor administrasi NIS, bangunan ini juga memiliki sisi gelap. Selain lantai satu dan dua berfungsi sebagai perkantoran, kantor ini juga memiliki ruang bawah tanah dan lantai tiga.
Lantai tiga berupa loteng dan ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai penjara bagi para tahanan di masa penjajahan.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, ruang bawah tanah dan loteng ini menjadi penjara paling kejam bagi orang Netherland.
Setelah kosong bertahun-tahun, gedung peninggalan Belanda ini jadi tidak terurus dan terlihat menyeramkan. Tidak heran jika akhirnya beredar banyak kisah mistis yang menghantui Lawang Sewu.
Lawang sewu ini sering dijadikan sebagai tempat wisata bagi masyarakat kota Semarang dan sekitarnya karena bangunannya yang kadang terdengar mistis, desain bangunan khas kolonial belanda, dan sejarahnya yang tentunya tak terlupakan.
Sejarah baru muncul pada saat Indonesia sudah merdeka, namun gedung ini juga tak jatuh ke tangan Indonesia.
Bangunan bersejarah ini berubah menjadi tempat pertempuran antara pemuda Angkatan Muda Kereta Api(AMKA) yang bertempur dengan tentara Kempetai dan Kidobutai dalam peristiwa pertempuran Lima hari di Semarang, yang diawali pada tanggal 14 Oktober hingga 19 Oktober 1945.
Dengan alasan inilah kenapa pemerintah menjadikan gedung bersejarah Lawang Sewu menjadi gedung warisan sejarah yang wajib dilindungi.
Kemudian gedung ini mulai dikosongkan pada akhir dekade 1990-an, namun sebelumnya gedung ini pada saat setelah merdeka beralih fungsi menjadi Badan Prasarana Komando Daerah Militer dan Kantor Wilayah Perhubungan Jawa Tengah.
Sampai 2013, gedung ini jadi lokasi uji nyali sebuah acara TV dan berakhir dengan meninggalnya salah satu peserta beberapa hari setelah acara berlangsung.
Karena horor yang menghantui, gedung ini pernah dinobatkan sebagai bangunan paling menyeramkan kedua di benua Asia.
Setelah dinobatkan sebagai bangunan paling angker, Lawang Sewu mulai diperbaiki. Pemugaran dan revonasi selesai pada tahun 2011.
Seiring berjalannnya waktu kini Lawang Sewu mulai mengadakan revitalisasi dan melakukan renovasi sehingga bangunan ini tidak begitu menyeramkan.