PLN menyatakan penjualan listrik melambat karena pandemi corona. Perusahan itu mencatat pertumbuhan penjualan listrik pada kuartal I 2020 sebesar 4,61% menjadi 61,16 terawatt hour (TWH).
Padahal pada periode yang sama tahun lalu, PLN bisa mencatatkan peningkatan penjualan listrik sebesar 5,49%. Sedangkan penjualan listrik sepanjang Maret 2020 hanya sebesar 20,64 TWH, naik 2,36% dari realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar 20,16 TWH.
Executive Vice President Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan PLN Edison Sipahutar mengatakan penjualan listrik terutama pelanggan bisnis dan industri lesu efek pandemi corona. Adapun realisasinya untuk sektor bisnis hanya tumbuh sebesar 4,07% dan industri hanya naik 0,13%.
Sedangkan realisasi penjualan listrik segmen bisnis dan industri pada bulan lalu masing-masing turun 0,88% dan 2,71%. Dari seluruh pelanggan industri, penjualan listrik paling anjlok terjadi pada industri semen.
(Baca: Kabel Listrik Terbakar di Jakarta Selatan, PLN: Tak Ada Pemadaman)
Penjualan listrik industri semen pada Maret 2020 anjlok 19,8 %, sedangkan sepanjang kuartal I 2020 turun 9,4%. Kemudian, penjualan listrik pada industri besi baja pada bulan lalu turun 12% dan sepanjang Januari-Maret 2020 turun 6,2%.
Untuk penjualan listrik industri tekstil pada bulan lalu turun 8,7%. Sedangkan penjualan sepanjang kuartal I 2020 anjlok 5,4%.
Untuk segmen bisnis, menurut Edison, penjualan listrik pada pusat perbelanjaan atau mal sepanjang Maret 2020 amblas hingga 8,2%. Sedangkan sepanjang kuartal I 2020 tumbuh tipis sebesar 1,8%.
Pada segmen bisnis hotel bintang empat pada Maret 2020 anjlok sebesar 21,3%. Sedangkan sepanjang bulan lalu, segmen hotel bintang empat mencatatkan penurunan 5,0% dan hotel bintang tiga turun hingga 18,7%.
"Sedangkan untuk rumah tangga meningkat karena kebijakan WFH (Work From Home), tumbuh sebesar 7,54%. Khusus bulan lalu, segmen rumah tangga tumbuh sebesar 7,43%," kata Edison kepada Katadata.co.id pada Senin (13/4).