Produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi (migas) PT Pertamina Hulu Mahakam, hingga kini masih di bawah target. Padahal, untuk mencapai target tahun ini tersisa dua bulan lagi.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, lifting gas bumi di Blok Mahakam sejak awal Januari hingga 17 November 2018, hanya 851 MMscfd, atau 77% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Sedangkan lifting minyak hanya 43 ribu barel per hari (bph) atau 10% dari target.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan lifting masih di bawah target karena ada beberapa faktor. Pertama, ada penjadwalan ulang pengeboran karena rig belum siap. Sebelumnya Pertamina menargetkan pengeboran 69 sumur sepanjang tahun ini.
Kedua, kendala teknis, seperti rendahnya tekanan peralatan kompresor yang ada di lapangan. "Namun sedang diatasi," kata dia kepada Katadata.co.id, Rabu (21/11).
Pelaksana tugas harian Direktur Pertamina Hulu Mahakam (PHM) Denie S. Tampubolon optimistis target tersebut bisa terkejar. Apalagi, proses pengeboran Pertamina berjalan cepat, yakni sekitar tiga hingga empat hari per sumur.
Biaya pengeboran pun lebih efisien. "Kami tetap usahakan mencapai target tersebut," ujar dia, Kamis (18/10).
Selain pengeboran sumur pengembangan, PHM memiliki program kerja lainnya di Blok Mahakam tahun ini. Di antaranya adalah pengerjaan ulang (workover) 132 sumur dan perawatan 5.623 unit sumur. Lalu, pengembangan lanjutan (Plan of Further Development/PoFD) di lima lapangan.
(Baca: Kinerja Blok Mahakam Dinilai Lebih Tinggi daripada Prediksi Total)
Tahun ini, Pertamina menganggarkan US$1,7 miliar atau sekitar Rp 23 triliun untuk Blok Mahakam. Dana itu terdiri dari belanja modal sebesar US$ 700 juta dan biaya operasional sebesar US$ 1 miliar.