PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) berhasil mengekspor 81 ribu ton konsentrat sejak Februari hingga pertengahan Mei 2018. Izin ekspor perusahaan yang terafiliasi dengan Arifin Panigoro ini akan berlangsung hingga 15 Februari 2019.
Presiden Direktur AMNT Rachmat Makkasau mengatakan pemerintah memberikan izin ekspor hingga 450.826 ton konsentrat. "Kami sudah 18% dari kuota yang kami dapatkan," kata dia di Jakarta, Kamis (25/5).
Adapun hasil produksi Amman terdiri dari emas dan tembaga. Hingga akhir tahun, perincian produksinya yakni emas sebanyak 100 kilo oz dan 197 juta pound tembaga dalam bentuk konsentrat dari tambang Batu Hijau.
Saat ini, Amman membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter). Menurut Rachmat, sejauh ini proyek smelter itu masih tahap penyiapan lahan. Dalam satu bulan ke depan akan masuk tahap kajian desain akhir (Front End Engineering Design/FEED).
Sementara itu, Head of Corporate Communications Amman Mineral Anita Avianty mengatakan Tambang Batu Hijau sudah memasuki fase terakhir proyek penambangan. Jadi, asumsinya lahan ini masih dapat berproduksi hingga tahun 2037 atau 2038.
Dalam masa akhir itu, Amman Mineral sudah melakukan reklamasi seluas 831 Ha area tambang dan sekitar 943.000 pohon yang telah tanami pohon. “Kami kembalikan lagi menjadi hutan," kata Anita.
Ke depan, Amman Mineral fokus pada eksplorasi Tambang Elang yang memiliki cadangan sekitar 13 miliar lbs tembaga dan 19,5 juta oz emas. Namun, perusahaan terus mengebor hingga cadangan terbukti.
Pengeboran di lahan yang berjarak 26 km dari tambang Batu Hijau itu dilakukan di 50 titik. Sayangnya, nilai investasi untuk pencarian cadangan itu belum bisa disampaikan ke publik. “Kami belum bisa disclose angka investasinya sekarang," kata Anita.
(Baca: Realisasi Ekspor Freeport dan Amman Tahun 2017 di Bawah Kuota)
Amman juga berencana membangun akses jalan darat menurut lokasi pertambangan itu. Saat ini akses ke Tambang Elang masih menggunakan helikopter. Adapun luas lahan mencapai 87.460 hektare (ha).