PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum) selaku ind uk usaha (holding) BUMN tambang, masih menegosiasikan harga pembelian 40% hak kelola atau Participating Interest (PI) milik Rio Tinto di PT Freeport Indonesia. Ini terkait proses divestasi 51% saham Freeport.
Bila harga yang disepakati dari proses negosiasi lebih tinggi dari dana yang tersedia, Inalum berencana menerbitkan obligasi.
"Kalau angkanya kurang nanti bisa dari obligasi," kata Deputi Bidang Pertambangan Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno di Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Senin (2/4).
Fajar mengatakan, Inalum akan melaporkan hasil negosiasi tersebut pada Jumat (6/2). Laporan itu akan disampaikan kepada tiga menteri terkait, yakni Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Ignasius Jonan, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
"Teman-teman di tim yang melaporkan. Bu Menteri (BUMN Rini Soemarno) pulang hari Jumat akan dilaporkan," kata Fajar.
(Baca juga: Inalum: Harga Saham Freeport Tak Jauh dari Taksiran Deutsche Bank)
Dalam negosiasi, Inalum akan menggunakan faktor kerusakan lingkungan yang disebabkan Freeport untuk mengurangi harga saham PI Rio Tinto. Sebab jika divestasi telah dilakukan, Inalum yang akan bertanggung jawab untuk menanggulangi kerusakan lingkungan tersebut.
"Jadi maunya kita dapatnya bersih, jangan sampai ada hal-hal kaya gitu (kerusakan lingkungan)," kata Fajar.
Sebelumnya, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin menyebutkan jika harga saham divestasi PT Freeport Indonesia tidak akan jauh berbeda dengan perhitungan yang dibuat beberapa lembaga keuangan.
Beberapa lembaga keuangan, seperti HSBC, Morgan Stanley, dan Credit Swiss, telah menghitung nilai hak partisipasi Rio Tinto yang akan dibeli oleh Inalum. Budi mengatakan Deutche Bank juga telah merilis nilainya sebesar US$ 3,3 miliar atau sekitar Rp 45,4 triliun (dalam kurs sekarang).
(Baca: Menteri ESDM: Jokowi Minta Divestasi Saham Freeport Rampung April)