Realisasi produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi selama semester I tahun 2017 menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Capaian ini di tengah harga minyak yang masih rendah di bawah US$ 50 per barel.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan lifting minyak sejak awal Januari hingga akhir Juni 2017 mencapai 802 ribu barel per hari (bph). Padahal realisasi tahun lalu di periode yang sama 817 ribu bph.
(Baca: SKK Migas Tetap Genjot Lifting Migas Saat Libur Panjang Lebaran)
Selain lebih rendah dibandingkan tahun 2016, capaian tersebut juga masih di bawah target tahun ini. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 lifting minyak dipatok 815 ribu bph. Adapun dalam rencana kerja dan anggaran (RKA) yang sudah disetujui kontraktor dan SKK Migas, lifting ditarget 808 ribu bph.
Sementara itu, produksi minyak selama semester I tahun 2017 lebih tinggi dari capaian liftingnya, yakni 808.800 bph. “Lifting berbeda dengan produksi karena ada minyak yang sudah diproduksi masuk storage tapi belum dikirim. Dekat akhir tahun mudah-mudahan bisa dilifting,” kata Amien di kantor SKK Migas, Kamis (6/7).
Dari 85 blok yang berproduksi, kontribusi terbesar masih disumbang oleh 10 kontraktor. Mereka adalah Chevron Pacific Indonesia di Blok Rokan, Mobil Cepu Indonesia Ltd di Blok Cepu, PT Pertamina EP di seluruh Indonesia, dan Total E&P Indonesia di Blok Mahakam.
Selain itu, Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ), CNOOC SES di South East Sumatra, Medco Natuna di South Natuna Sea B, Chevron Indonesia di East Kalimantan, PC Ketapang II Ltd di Ketapan dan Vico di Sanga-sanga.
Adapun dari 10 kontraktor tersebut, enam di antara tidak bisa mencapai target RKA. Keenam kontraktor tersebut yakni Chevron Pacific Indonesia, Mobil Cepu Indonesia Ltd, PT Pertamina EP, Pertamina Hulu Energi ONWJ, CNOOC SES Ltd, dan Chevron Indonesia.
Tidak hanya minyak, realisasi lifting gas bumi juga menurun. Selama semester I lifting gas bumi hanya mencapai 6.338 mmscfd. Padahal tahun lalu 6601,5 mmscfd. Adapun target dalam APBN 2017 adalah 6.440 mmscfd. Sedangkan target rencana kerja dan anggaran perusahaan 6.356 mmcfd.
Namun, dari data SKK Migas, jumlah produksi gas hingga akhir Juni 2017 mencapai 7.512 mmscfd. Menurut Amien, perbedaan lifting dan produksi gas ini karena ada yang dipakai lagi oleh kontraktor dan sebagian lagi dibakar (flare). “Mudah-mudahan sampai akhir tahun nanti produksi dan lifting bisa didorong meningkat,” ujar dia.
(Baca: Jonan Andalkan Proyek Jangkrik untuk Capai Target Lifting Migas 2018)
Mengacu data SKK Migas, ada beberapa kontraktor yang tidak mencapai target. Salah satunya adalah BP Tangguh di wilayah kerja Berau, Wiriagar, Muturi. Perusahaan multinasional asal Inggris ini hanya berhasil memproduksi gas 1.168 mmscfd. Padahal target RKA 2017 sebesar 1.253 mmscfd.