Rata-rata produksi siap jual (lifting) minyak bumi pada bulan lalu mengalami penurunan sebesar 0,39 persen dibandingkan Januari 2017. Selama Februari 2017, lifting minyak hanya mencapai 752.000 barel per hari (bph). Pencapaian ini masih di bawah target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara  (APBN) 2017 sebesar 815.000 bph. 

Kepala Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan penyebab penurunan realisasi ini karena lifting minyak di Blok Cepu yang sempat terganggu. Padahal blok ini salah satu penopang utama lifting minyak nasional. "Ya (dampak dari lifting Cepu), lifting minyak 752.000 bph," kata dia kepada Katadata, Senin (6/3).

(Baca: Masalah Cuaca, Lifting Minyak di Awal 2017 Gagal Capai Target)

Selama sepekan, sejak 5 hingga 11 Februari lalu, produksi minyak di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu memang anjlok hingga 75 persen. Lapangan ini seharusnya bisa memproduksi minyak 200.000 bph, tapi ternyata hanya mampu mencapai 50.000 bph.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI yang membidangi sektor Energi Satya Widya Yudha pernah mengatakan bahwa ExxonMobil selaku operator Blok Cepu sengaja menurunkan produksinya. Hal ini diketahui saat rombongan Komisi Energi DPR berkunjung ke Blok Cepu pada bulan lalu. 

Alasan penurunan produksi itu adalah untuk menghindari kepenuhan kapasitas di fasilitas penyimpanan di Floating Storage Offloading (FSO) Gagak Rimang. Cuaca buruk di Laut Tuban membuat kapal tanker yang mengangkut minyak ini sulit bersandar di FSO Gagak Rimang. Sehingga minyak mentah yang ditampung di fasilitas tersebut sulit didistribusikan.

(Baca: Sempat Anjlok, Produksi Blok Cepu Berhasil Capai 200 Ribu Barel)

Menurut Taslim, penurunan produksi di Cepu tidak berlangsung lama pada bulan lalu. Kini produksi Cepu telah normal kembali, yakni sebesar 200.000 bph. Makanya, SKK Migas optimistis lifting minyak bulan ini bisa mencapai target.

Meski realisasi lifting minyak bulan lalu turun dan tidak mencapai target, dari sisi produksi sebenarnya mengalami peningkatan. SKK Migas mencatat rata-rata produksi minyak pada Februari 2017 mencapai 816.000 bph, sedikit di atas target APBN sebesar 815.000 bph.

Berdasarkan data SKK Migas, target lifting  minyak 2017 dalam APBN 2017 dapat tercapai dengan kontribusi dari beberapa KKKS besar di indonesia. Pertama, Chevron Pacific Indonesia sebesar 228,9 ribu bph di Blok Rokan. Kedua,  ExxonMobil Cepu Ltd sebesar 200 ribu bph di Blok Cepu. Ketiga,  PT Pertamina EP sebesar 84,2 ribu bph. Keempat, Total E&P Indonesie 52,8 ribu bph. Kelima, PHE ONWJ sebesar 36,5 ribu bph.

(Baca:  Setelah 12 Tahun, Lifting Minyak Bisa Lampaui Target)

Ada juga kontribusi dari CNOOC SES Ltd sebesar 31,3 rbu bph, Chevron Indonesia Company sebesar 17,7 ribu bph, dan ConocoPhillips Indonesia sebesar 17,4 ribu bph. Lalu, dari PC Ketapang Ltd sebesar 15,6 ribu bph, dan Petrochina International Jabung Ltd sebesar 14,4 ribu bph, ditambah dari KKKS lain sebesar 115,9 ribu bph.

Sementara itu, realisasi lifting gas bulan mencapai 6.521 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Adapun produksinya mencapai 7.779 mmscfd.