Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai terbelah mengenai rencana pengembangan Blok Masela. Perbedaan tersebut terkait dua hal, yaitu besaran kapasitas produksi dan lokasi pembangunan kilang gas dari proyek pengembangan ladang kaya gas di Laut Arafura tersebut.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata, ada perbedaan pandangan antara Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar terkait kapasitas produksi. Seperti diketahui, ada dua skema mengenai produksi gas Masela. (Baca: Pertamina Siap Beli Gas Masela Asal Harga Cocok)
Skema pertama adalah memproduksi 9,5 juta ton per tahun (mtpa) dalam bentuk gas alam cair (LNG) dengan tambahan 150 MMSCFD untuk industri dalam negeri. Skema lainnya, 7,5 mtpa untuk LNG dan 474 MMSCFD untuk dalam negeri.
Sumber Katadata di sektor migas menyatakan, Jonan lebih condong menginginkan skema pertama. Alasannya jika alokasi dalam negeri terlalu besar maka dikhawatirkan tidak bisa terserap seluruhnya. Apalagi, sampai saat ini belum ada kepastian pembeli gas. Di sisi lain, Arcandra menginginkan alokasi gas dalam negeri lebih besar supaya industri lokal berkembang.
Tidak hanya itu, Jonan dan Arcandra pun berbeda pandangan mengenai lokasi kilang. Jonan menginginkan kilang tersebut dibangun di Pulau Tanimbar. Hal ini juga didukung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Sedangkan Arcandra memilih Aru. (Baca: Kementerian Energi Godok Tiga Opsi Lokasi Kilang Proyek Masela)
Saat dikonfirmasi perihal masalah tersebut, Jonan mengaku belum tahu mengenai lokasi pembangunan kilang. Ia juga enggan menanggapi adanya perbedaan pandangan dengan Arcandra mengenai kapasitas produksi. “Kepentingan kamu apa,” kata dia di Gedung BKPM, Jakarta, Senin (30/1).
Luhut juga tidak mau berkomentar mengenai lokasi pembangunan kilang. Alasannya, jika lokasi itu diumumkan akan muncul para spekulan tanah. “Jangan sampai saya cerita dulu,” kata dia di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Senin (30/1).
Terkait perbedaan kapasitas produksi, Luhut juga belum mau menjelaskan secara detail. Alasannya, masih dalam kajian tim. Targetnya seluruh kajian itu bisa selesai paling lambat tahun depan.
Di sisi lain, Arcandra juga tidak mau berbicara mengenai lokasi pembangunan kilang sebelum kajian selesai. “Kan tunggu pre- Front End Engineering Design (FEED) dulu,” kata dia saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (30/1). (Baca: Temui Luhut, Inpex: Kesepakatan Masela Masih Butuh Waktu)
Sedangkan mengacu kajian Inpex Corporation, jika kilang dibangun di Tanimbar maka membutuhkan pipa sepanjang 200 kilometer (km). Alhasil, dana investasi yang dibutuhkan US$ 19,3 miliar. Sedangkan kalau dibangun di Aru membutuhkan pipa 600 kilometer (km), dan biaya melesat menjadi US$ 22,3 miliar.