Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) masih yakin produksi siap jual (lifting) minyak 2017 bisa kembali melampaui target seperti tahun lalu. Ini sejalan dengan proyeksi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017, lifting minyak ditargetkan mencapai 815.000 barel per hari (bph). Sementara, Kementerian ESDM menargetkan lifting minyak tahun ini bisa mencapai 825.000 bph. “Kami laksanakan,” kata Wakil Kepala SKK Migas M.I Zikrullah di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (3/1). (Baca: Lampaui Target, Lifting Minyak 2016 Cetak Rekor)
Zikrullah mengatakan ada beberapa cara untuk mencapai target tersebut. Salah satunya dengan mencari sumber cadangan migas baru. Saat ini ada beberapa kajian terhadap beberapa lapangan yang bisa menjadi sumber penopang pencapaian target lifting.
Berdasarkan data SKK Migas, target lifting 2017 dalam APBN 2017 dapat tercapai dengan kontribusi dari Chevron Pacific Indonesia sebesar 228,9 ribu bph, Mobil Cepu Ltd sebesar 200 ribu bph, dan PT Pertamina EP sebesar 84,2 ribu bph. Kemudian dari Total E&P Indonesie 52,8 ribu bph dan PHE ONWJ sebesar 36,5 ribu bph. (Baca: Pengeboran Sumur Migas Tahun Depan Bakal Lebih Sedikit)
Ada juga kontribusi dari CNOOC SES Ltd sebesar 31,3 rbu bph, Chevron Indonesia Company sebesar 17,7 ribu bph, dan ConocoPhillips Indonesia sebesar 17,4 ribu bph. Lalu, dari PC Ketapang Ltd sebesar 15,6 ribu bph, dan Petrochina International Jabung Ltd sebesar 14,4 ribu bph, ditambah dari KKKS lain sebesar 115,9 ribu bph.
Sekadar informasi, untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir lifting minyak bisa melampaui target tahun lalu. Realisasi lifting minyak 2016 tercatat 820.300 barel per hari (bph), lebih tinggi dari target APBN-P 2016 sebesar 820.000 bph. Adapun lifting gas mencapai 1.181,5 mboepd atau dua persen lebih tinggi dari target sebesar 1.150 mboepd.
Meski produksinya meningkat, SKK Migas tetap mengawasi efisiensi cost recovery atau biaya operasi migas yang dapat dikembalikan tahun 2017, agar tidak membengkak. Tahun ini cost recovery dalam APBN 2017 sebesar US$ 10,4 miliar, atau meningkat dari APBN-P 2016 sebesar US$ 8 miliar. (Baca: Harga Minyak Naik, Target Investasi Hulu Migas 2017 Meningkat)
Sementara realisasi cost recovery tahun 2016 membengkak menjadi US$ 13,1 miliar dari jumlah yang sudah dianggarkan. "Sekarang uji coba peningkatan (produksi) ini, tapi cost recovery efisien," ujar Zikrullah.