Setelah 12 Tahun, Lifting Minyak Bisa Lampaui Target

Arief Kamaludin | Katadata
27/12/2016, 19.40 WIB

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak Bumi (SKK Migas) cukup optimistis produksi siap jual (lifting) migas tahun ini bisa mencetak sejarah. Sepanjang 11 tahun terakhir realisasi lifting migas nasional belum pernah mencapai target. SKK Migas yakin tahun ini akan bisa melampaui target

Kepala Bagian Humas SKK Migas Yunus Z. Taslim mengatakan hingga akhir November tahun ini lifting minyak tercatat sudah mencapai 822.000 barel per hari (bph). Lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 sebesar 820.000 bph. (Baca Ekonografik: Satu Dekade, Realisasi Lifting Minyak Selalu Meleset)

Begitu juga dengan lifting gas yang tercatat telah mencapai 6.643 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Capaian ini telah melewati target APBN-P 2016 sebesar 6.438 mmscfd. "Kita optimistis tahun ini bisa lewati target," kata dia akhir pekan lalu. Dia yakin pada akhir tahun capaian lifting minyak bisa mencapai 827.000 bph dan capaian lifting gas bisa mencapai 6.589 mmscfd.

Mengacu data SKK Migas, sejak 2005 hingga 2015 realisasi lifting minyak tidak pernah mencapai target. Tahun 2003, capaian lifting minyak hanya mencapai 952.000 bph, lebih rendah dari target APBN-P 2003 sebesar satu juta bph. Begitu juga tahun 2008 yang hanya 871.000 bph, masih di bawah target 927.000 bph.

Padahal target lifting minyak sepanjang 2006-2015 terus menurun lantaran produksi minyak dan gas bumi kian mengalami kemerosotan. Namun, tetap saja realisasinya di bawah target. Tahun lalu, lifting minyak hanya sebesar 777.560 bph, dari target 825.000 bph. (Baca: Realisasi Lifting Minyak pada September Melampaui Target)

Taslim merinci capaian lifting migas tersebut disokong oleh kontribusi beberapa kontraktor migas di lapangan-lapangan besar dan masih berproduksi signifikan. Kontributor untuk lifting minyak diantaranya Blok Cepu, Blok Rokan, Wilayah Kerja Pertamina EP, Blok Mahakam, dan Blok Offshore Northwest Java (ONWJ). Sedangkan untuk lifting gas adalah Blok Mahakam, Berau, Pertamina EP, Blok Corridor, dan Senoro-Toili.

Produksi yang dihasilkan perusahaan migas juga masih tinggi. SKK Migas mencatat produksi minyak hingga akhir November 2016 telah mencapai 833.000 bph sedangkan realisasi produksi gas telah mencapai 7.966 mmscfd. (Baca: Produksi Minyak 24 Kontraktor Belum Mencapai Target APBN)

Menurut Taslim capaian lifting dan produksi tahun ini bisa tercapai akibat adanya upaya-upaya untuk menahan laju penurunan produksi. Mengingat sebagian besar dari 67 blok migas yang sudah berproduksi saat ini masuk dalam kategori lapangan-lapangan tua (mature field). (Baca: SKK Migas Ramal Penerimaan Migas Tahun ini Rendah)

Upayanya adalah dengan melakukan pengeboran sumur pengembangan, pengerjaan ulang (work over), dan perawatan sumur (well service). Data SKK Migas mencatat hingga akhir November lalu, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) telah mengebor 212 sumur pengembangan, 1,055 kegiatan work over, dan 33.925 kegiatan perawatan sumur.

SKK Migas mencatat hingga akhir November 2016, investasi di sektor hulu migas telah mencapai US$ 10,43 miliar di mana sebesar US$ 7,81 miliar merupakan pengeluaran terbesar untuk aktivitas produksi. Taslim berharap hingga akhir tahun investasi hulu migas akan lebih meningkat.

Dalam Program Kerja dan Anggaran (WP&B) 2017, target investasi hulu migas meningkat menjadi sebesar US$ 13,5 miliar, lebih tinggi dari tahun ini yang hanya US$ 11,9 miliar.  Salah satu faktor meningkatnya target investasi tersebut akibat prediksi adanya kenaikan harga minyak dunia tahun depan. (Baca: Pemerintah Wajibkan Kontraktor Pasang Alat Penghitung Produksi Minyak)