Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tak banyak berkomentar terkait nasib dua proyek migas yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional. Kedua proyek tersebut yaitu Indonesia Deepwater Development (IDD) oleh Chevron, dan proyek Abadi Blok Masela oleh Inpex Corporation.
Dalam konferensi pers yang diadakan pada Rabu (5/8), Plt. Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Ego Syahrial tidak menjawab secara spesifik pertanyaan awak media terkait kelanjutan pencarian mitra di Blok Masela, dan kejelasan Chevron dalam pengembangan proyek IDD.
"Proyek strategis nasional pemerintah dalam posisi menjaga agar sesuai timeline yang diputuskan," ujar Ego dalam konferensi pers, Rabu (5/8).
Padahal dikabarkan bahwa sebanyak 32 perusahaan menyatakan minat di Blok Masela dan meminta untuk dibukakan data room. Namun kewenangan untuk mengaskes data room Blok Masela masih menunggu persetujuan Kementerian ESDM.
Hingga kini pun Kementerian ESDM belum memberikan keterangan resmi terkait nasib kedua proyek yang masuk dalam daftar PSN tersebut. Padahal, realisasi dari proyek tersebut sangat penting dalam menjaga ketahanan energi nasional.
Sebelumnya, Shell Upstream Overseas berencana keluar dari proyek Abadi Blok Masela. Namun, Shell memastikan tetap akan mempertahankan bisnis lainnya di Indonesia yang bergerak di sektor hilir migas.
Rencana Shell keluar dari Blok Masela sebenarnya sudah diutarakan beberapa bulan lalu lantaran kondisi keuangan Shell yang tertekan. Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menilai mundurnya Shell akan berdampak besar terhadap perkembangan penyelesaian proyek.
"Sampai hari ini Shell belum hengkang ya, masih diskusi dengan Inpex dan yang lain. Kalau Inpex jalan terus, proyek harus jalan meski tertatih," ujar Julius.
Sementara, Chevron Pacific Indonesia memberikan sinyal akan melepas proyek migas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD) tahap II.
Manager Corporate Communication Chevron Pasific Indonesia Sonitha Poernomo mengatakan, bahwa manajemen perusahaan menilai proyek IDD tahap II tidak masuk secara hitungan keekonomian.
Dia menyebutkan bahwa proyek IDD tahap II tidak dapat bersaing dengan portofolio global Chevron untuk mendapatkan modal. Saat ini, perusahaan menyatakan, tengah mengevaluasi alternatif strategis untuk kepemilikan dan pengoperasian 62% sahamnya.
"Kami percaya proyek ini akan memiliki nilai untuk operator lain, agar Kutai Basin dapat terus dikembangkan dengan selamat dan bertanggung jawab," kata Sonitha, kepada Katadata.co.id, Selasa (21/7).