PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) menargetkan pembangunan smelter tembaga di Benete, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, rampung pada akhir tahun 2024. Direktur Utama Amman Mineral Nusa Tenggara Rahmat Makkasau berharap pabrik pengolahan itu mampu mendukung program hilirisasi pemerintah.
"Harapannya di akhir 2024 nanti kami sudah operasikan smelter dan mulai produksi katoda tembaga," kata Rahmad dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII di Kompleks Parlemen, Senayam, Jakarta, Kamis (10/11).
Pembangunan smelter tersebut diawali dari peralihan atau akuisisi Kontrak Karya (KK) PT Newmont Nusa Tenggara oleh PT Medco Energi Internasional menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Nama Newmont akhirnya berubah menjadi PT Amman Mineral Nusa Tenggara pada November 2016.
"Akhirnya diputuskan untuk membangun smelter setelah akuisisi dan penandatanganan memulai kontrak pengerjaan smelter dimulai pada tahun 2021," ujar Rahmat.
Manajer Komunikasi Perusahaan Amman Mineral, Kartika Octaviana, mengatakan perkembangan konstruksi smelter sudah mencapai 47% dengan total nilai investasi US$ 1 juta.
Nantinya smelter tembaga tersebut sanggup memproduksi katoda tembaga hingga 222.000 ton per tahun. Pabrik pengolahan dan pemurnian tembaga ini dibangun di kawasan Batu Hijau, dekat dengan lokasi tambang perusahaan.
"Pasir konsentrat itu diolah di smelter, keluarnya katoda tembaga berupa lempengan," ujar Kartika.
Pembangunan smelter ini molor dari target yang ditetapkan bisa beroperasi secara penuh pada Juli 2023. Kartika menjelaskan, keterlambatan tersebut disebabkan oleh kondisi eksternal seperti Pandemi Covid-19 dan kondisi geopolitik global yang kurang stabil.
Kendati demikian, Amman terus berkomunikasi dengan pemerintah untuk melaporkan perkembangan pembangunan smelter. "Lamanya ada kendala yang tidak bisa kami atur dan itu memengaruhi logistik," kata Kartika.