Kementerian ESDM menghitung potensi penghematan kompensasi subsidi Pertalite sebesar Rp 18,6 miliar per tahun apabila program konversi 50.000 unit kendaraan berbahan bakar minyak ke motor listrik pada 2023 berjalan secara menyeluruh.
Menteri ESDM Arifn Tasrif mengatakan penerapan konversi motor listrik dapat mengurangi impor BBM sekaligus menekan kompensasi BBM bersubsidi Pertalite dan penghematan biaya bahan bakar masyarakat. Penghematan biaya bahan bakar bagi konsumen bisa menyentuh Rp 2,77 juta per tahun.
“Multiplier effect konversi kendaraan motor BBM ke listrik dapat penghematan kompensasi Pertalite Rp 18,6 miliar per tahun,” kata Arifin saat rapat kerja (raker) dengan Komisi VII DPR pada Senin (20/3).
Arifin juga menyampakan program konversi 50.000 motor litrik bisa menekan kelebihan pasokan listrik PLN dengan penambahan konsumsi listrik sebesar 15,25 giga watt hour (GWh) per tahun.
Pemerintah resmi memberlakukan penyaluran insentif kendaraan listrik pada hari ini. Lewat stimulus tersebut, pemerintah hanya mematok biaya Rp 7 juta untuk masyarakat yang berniat mengonversi motor BBM mereka menjadi motor listrik. Adapun biaya konversi motor listrik itu Rp 15,7 juta per unit.
“Target konversi tahun ini sebanyak 50.000 unit dan bakal melonjak hingga 150.000 unit pada 2024,” ujar Arifin.
Adapun Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) potensi penghematan yang lebih besar dari program elektrifikasi. Menurut Kepala Pusat Pangan, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan INDEF, Abra Talattov, langkah pemerintah untuk menyalurkan insentif senilai Rp 7 juta per unit untuk pengadaan 250 ribu motor listrik berpotensi menghemat konsumsi BBM hingga 165.000 kilo liter per tahun. Di saat yang sama, konsumsi listrik akan bertambah senilai Rp 280 miliar per tahun.
Potensi penghematan konsumsi BBM tersebut selanjutnya akan menekan besaran kompensasi BBM bersubsidi, yakni Pertalite, senilai Rp 165 miliar per tahun.
Abra mengatakan pemberian insentif yang ditujukan untuk pembelian 200 ribu motor listrik baru dan pengadaan 50 ribu motor konversi berdampak pada pengurangan impor BBM secara signifikan.
Abra juga menyampaikan kebijakan potong harga tersebut juga berimplikasi pada tambahan penjualan listrik sebesar Rp 280 miliar per tahun. Hitung-hitungan itu berangkat dari asumsi sebuah motor listrik mengonsumsi 2,2 kilowatt hour (kWh) per hari atau sekira 660 kwh per tahun.
Besaran konsumsi setrum tahunan pada sebuah motor listrik kemudian dikalkulasikan dengan jumlah motor elektrik hasil insentif sejumlah 250 ribu unit. "Potensi tambahan penjualan listrik untuk 250 ribu motor listrik sekitar 165 megawatt hour (mWh), setara dengan Rp 280 miliar per tahun," ujar Abra.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor bahan bakar minyak (BBM) sepanjang 2022 mencapai 347.625 barel per hari (bph) dengan nilai mencapai US$ 19,76 miliar atau sekira Rp 299,41 triliun. Impor BBM terdiri dari bensin atau gasoline 275.214 bph, dan solar atau gasoil 72.411 bph. Secara volume, impor BBM 2022 naik 26% dari tahun sebelumnya sebesar 275.861 bph dengan rincian 226.431 bph bensin dan 49.430 bph solar.
"Jumlah motor berbasis BBM sekitar 8,7 juta unit, besar jumlahnya. Ketika pemerintah memberikan insentif kepada seluruhnya secara bertahap dan menggantinya dengan motor lsitirk, ada potensi penghematan energi fosil yang signifikan," kata Abra.