Pembatasan bahan bakar minyak (BBM) Pertalite belum juga diberlakukan, meskipun rencana ini sudah digaungkan sejak 2022. Pembatasan ini masih menunggu regulasi berupa perpres.
BPH Migas melaporkan bahwa konsumsi BBM bersubsidi jenis solar sepanjang 2023 melebihi kuota yang telah ditetapkan pemerintah, sedangkan konsumsi Pertalite hanya 92% dari kuota.
Pertamina gelontorkan rata-rata sekitar Rp 60 miliar selama periode November hingga Desember untuk menjaga pasokan BBM Pertalite dan solar subsidi sebagai persiapan menyambut libur nataru.
BPH Migas mendukung langkah beberapa daerah membatasi penjualan BBM bersubsidi, seiring menipisnya kuota. Bahkan ada daerah yang konsumsinya sudah melebihi kuota.
Data BPH Migas menunjukkan kuota BBM bersubsidi solar tersisa sekitar 16,1% sedangkan Pertalite 24,9%. Pakar menyebut kuota ini berpotensi jebol pada akhir tahun terutama untuk solar.
Pemerintah kembali membahas rencana pembatasan BBM bersubsidi Pertalite dan solar seiring gejolak harga minyak belakangan ini. Namun hingga kini revisi aturan belum juga rampung.
Pemerintah akan mengatur detail kriteria kendaraan yang dapat mengisi Pertalite. Pemerintah juga mengkaji untuk membuat perbedaan harga Pertalite sesuai dengan jenis kendaraannya.
Pemerintah kembali mendorong kebijakan pembatasan BBM bersubsidi Pertalite dan solar. Salah satu opsi yang dikembangkan saat ini yaitu harga Pertalite dibedakan sesuai jenis kendaraan.
Anggota Komisi VII DPR Mulyanto mengatakan jika Pertalite diganti dengan Pertamax Green 92, maka harga BBM bersubsidi akan menjadi lebih mahal atau pemerintah harus menambah subsidi BBM.
Pemerintah tengah mengkaji untuk mengganti Pertalite dengan Pertamax Green 92. Pakar menilai pemerintah harus memperhatikan daya beli masyarakat dan potensi subsidi BBM membengkak.
Rencana pembatasan Pertalite kembali dibahas setelah harga BBM nonsubsidi naik, sehingga menimbulkan kekhawatiran terjadinya migrasi pengguna Pertamax ke Pertalite.
Hingga September 2023, total penyaluran BBM bersubsidi jenis Pertalite mencapai 21,5 juta kiloliter (Kl). Jumlah tersebut mencakup 66,5% dari target tahunan, sehingga kuota tersisa sekitar 33%