Produksi LNG Semester I Capai 100 Kargo, 71% Diekspor ke Cina, Jepang

Arief Kamaludin|KATADATA
Direktur Komersial dan Operasi PT Nusantara Regas Bara Frontasia sampaikan Nusantara Regas saat ini sedang melakukan pengembangan fasilitas FSRU dengan menambahkan fitur Offloading LNG untuk mini tanker LNG ataupun LNG Barge.
18/7/2023, 18.08 WIB

SKK Migas mencatat produksi gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) mencapai 100,8 kargo sepanjang semester I 2023. Dari jumlah itu sebanyak 71,3 kargo dialokasikan untuk ekspor yang sebagian besar untuk pasar Asia Timur.

Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi, memaparkan produksi LNG berasal sumbangan produksi masing-masing 44,7 kargo Kilang Bontang Pertamina dan 56,1 kargo dari Kilang BP Tangguh.

"Pembeli yang sudah tercatat itu ada dari Cina, Jepang, Korea. Dari Asia Timur," kata Kurnia dalam Konferensi Kinerja Hulu Migas Semester I 2023 pada senin (18/7).

Penyaluran LNG ke pasar Asia Timur sejatinya didistribusikan oleh pemenang lelang lego LNG. Pemerintah umumnya menjual pasokan LNG kepada perusahaan migas global yang memenangkan tender. Satu diantaranya yakni Vitol. "Pemenang tender itu macem-macem, bukan hanya Vitol," ujar Kurnia.

Sebelumnya, SKK Migas menetapkan produksi LNG dapat menyentuh kisaran 204 hingga 206 kargo pada 2023. Target ini lebih tinggi 5,1% dari torehan produksi LNG tahun lalu sejumlah 196 kargo.

Dari besaran produksi tahun ini, proyeksikan jumlah LNG yang akan diekspor mencapai 140,3 kargo. Nilai ini mendekati angka ekspor pada tahun sebelumnya. Sedangkan sisa kargo diperuntukan untuk keperluan domestik.

Pada 2022, SKK Migas telah menyiapkan sebanyak 58 kargo LNG yang ditujukan untuk kebutuhan domestik PLN. Suplai LNG terdiri dari 13 kargo yang berasal dari Kilang LNG Bontang dan 45 kargo berasal dari Kilang LNG Tangguh.

Menurut data BP Statistical Review of World Energy, Indonesia termasuk 10 besar negara pengekspor LNG dunia. Pada 2021 Indonesia mengekspor 14,6 miliar meter kubik LNG, terbesar ke-8 di dunia. Adapun Australia menjadi negara pengekspor LNG terbesar dengan 108,1 miliar meter kubik.

Qatar menempati posisi kedua dengan volume ekspor LNG sebesar 106,8 miliar meter kubik pada tahun lalu. Setelahnya ada Amerika Serikat (AS) dengan volume ekspor LNG sebesar 95 miliar meter kubik pada periode sama.

Pemerintah Berencana Larang Ekspor LN

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah akan melarang ekspor gas alam cair (LNG) agar bisa membangun industri di dalam negeri. Kebijakan itu dilakukan lantaran kebutuhan dalam negeri yang diperkirakan terus meningkat.

"Kemarin kami studi, kita bertahun-tahun ekspor LNG, padahal ternyata sekarang kita butuh. Akhirnya studi, di Deputi 1 kita tidak mau lagi," katanya dalam peluncuran Indonesia Carbon Capture and Storage Center (ICCSC) di Jakarta, Selasa (30/5).

Menurut Luhut, pihaknya sudah menyiapkan laporan yang akan disampaikan ke Presiden terkait ekspor LNG. Namun, ia menyebut kontrak ekspor yang telah diteken akan tetap bisa berjalan. Sedangkan ekspor gas ke depannya disarankan untuk bisa dilarang.

"Sudah kita siapkan laporan ke Presiden mau ekspor LNG, yang kontrak sudah ada, ya sudah jalan. Tapi ekspor harus setop," katanya.

Luhut mengatakan pemerintah ingin menggunakan pasokan gas alam untuk kebutuhan domestik. Ia menyatakan saat ini kebutuhan dalam negeri tinggi untuk produksi metanol hingga petrokimia. Ia juga menjelaskan saat ini Indonesia masih mengimpor petrokimia.

Oleh karena itu, pemerintah tengah mendorong terbangunnya industri petrokimia di Kalimantan Utara (Kaltara). "Kita perlu gas. Cukup gas kita sendiri dan kita nggak perlu impor lagi," katanya.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu