Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menegaskan rencana pembuangan air radioaktif olahan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN Fukushima ke laut merupakan tantangan yang tidak dapat ditunda.
"Masalah ini merupakan tantangan yang tidak dapat ditunda demi melanjutkan penonaktifan (reaktor yang lumpuh) dan kemajuan rekonstruksi Fukushima," ujar Fumio saat berkunjung ke PLTN Fukushima yang lumpuh, seperti dikutip Antara pada Minggu (20/8).
Fumio akan bertemu menteri kabinet pada Selasa (22/8), untuk membuat keputusan akhir mengenai rencana pembuangan air radioaktif tersebut. Kepada wartawan, dia menahan diri untuk memberitahu waktu dimulainya pembuangan air, dan hanya menargetkan aksi berlangsung paling lambat akhir bulan ini.
Menurut dia, keputusan terakhir akan dibuat setelah memastikan rencana pembuangan air radioaktif aman. Selain itu, Pemerintah Jepang juga akan mengambil tindakan untuk mengatasi potensi dampak buruk pada bisnis.
Fumio berencana bertemu dengan ketua Federasi Nasional Asosiasi Koperasi Perikanan menjelang aksi. Pertemuan itu dilakukan di tengah kekhawatiran para nelayan atas dampak tindakan tersebut terhadap bisnis mereka. Tak hanya itu, Fumio juga mendesak operator PLTN Fukushima untuk mengutamakan keselamatan menjelang rencana pembuangan air radioaktif.
Tomoaki Kobayakawa, Presiden Operator Pembangkit Listrik Tokyo Electric Power Company Holdings Inc, menjelaskan perusahaan akan meluncurkan tim proyek untuk mengawasi langkah-langkah mengenai persepsi publik. Selain itu, mengatasi masalah kompensasi yang memungkinkan pengambilan keputusan cepat di manajemen.
Sejumlah besar air terkontaminasi dihasilkan dalam proses pendinginan bahan bakar reaktor yang meleleh di pabrik Fukushima Daiichi sejak hancur akibat gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011.
Air tersebut disimpan di tanki setelah menjalani sistem proses cairan canggih yang menghilangkan sebagian besar radionuklida, kecuali tritium, tetapi wadah penyimpanan mendekati kapasitas maksimum.
Tritium diketahui kurang berbahaya dibandingkan bahan radioaktif lainnya, seperti cesium dan strontium.
Air yang diolah dan mengandung sejumlah kecil tritium akan diencerkan hingga 1/40 dari konsentrasi yang diizinkan menurut standar keselamatan Jepang, sebelum dilepaskan melalui terowongan bawah air 1 kilometer dari pembangkit listrik.
Selain nelayan setempat, sejumlah negara tetangga tetap menentang rencana tersebut. Cina bahkan memperkenalkan uji lapisan radiasi pada impor makanan hasil laut Jepang.
Pemerintah Jepang mempertimbangkan waktu akan membuang air itu sejak Badan Energi Atom Internasional mengatakan rencana pembuangan akan mematuhi standar keselamatan global.