Harga minyak masih terus bergerak naik. Hal ini seiring kekhawatiran pasar konflik Israel Palestina akan meluas menjadi konflik regional yang akan mengganggu pasokan minyak global.
Minyak mentah Brent 86 sen atau 0,93% menjadi US$ 93,24 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,14 atau 1,28% menjadi US$ 90,51. Selama sepekan terakhir Brent naik 2,60% sedangkan WTI naik 4,82%.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada pasukan yang berkumpul di perbatasan Gaza bahwa mereka akan segera melihat daerah Palestina itu "dari dalam". Hal ini mengisyaratkan bahwa invasi darat yang diharapkan dapat menghancurkan Hamas mungkin segera terjadi.
Truk-truk bantuan Mesir kini bergerak mendekati satu-satunya penyeberangan ke Gaza yang tidak dikontrol oleh Israel. Akan tetapi, truk ini masih belum melewatinya meskipun Presiden AS Joe Biden meminta untuk mengizinkan bantuan tersebut.
"Kami masih sangat bergejolak dan masih mengeskalasi, terutama dari dunia Arab yang merupakan sebuah masalah," kata mitra di Again Capital LLC di New York John Kilduff, dikutip dari Reuters pada Jumat (20/10).
Terkait rencana pelonggaran sanksi bagi salah satu anggota organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) Venezuela, AS mengeluarkan lisensi enam bulan yang mengizinkan transaksi di sektor energi.
Meski kesepakatan ini diperkirakan tidak akan dengan cepat meningkatkan produksi minyak Venezuela. Namun dapat mengembalikan beberapa perusahaan asing ke ladang-ladang minyaknya.
Pelonggaran sanksi minyak AS terhadap Venezuela sepertinya tidak akan memerlukan perubahan kebijakan oleh kelompok produsen OPEC+ untuk saat ini. Sebab pemulihan produksi kemungkinan besar akan terjadi secara bertahap.
Sebagai informasi, pada Rabu lalu harga minyak alami peningkatan 2% saat Iran menyerukan embargo minyak terhadap Israel karena konflik di Gaza. Namun, OPEC tidak berencana untuk mengambil tindakan segera terhadap seruan Iran.
Arab Saudi telah mengatakan bahwa mereka akan mempertahankan pemangkasan produksi hingga akhir tahun. Adanya keputusan ini membuat Jepang mendesak Saudi dan negara-negara produsen minyak lainnya.
Negara pembeli minyak mentah terbesar keempat di dunia meminta mereka untuk meningkatkan pasokan untuk menstabilkan pasar minyak global yang dapat terguncang oleh konflik.
Berdasarkan data EIA, persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS turun minggu lalu karena meningkatnya permintaan untuk diesel dan minyak pemanas. Stok bahan bakar distilat turun 3,2 juta barel dalam seminggu hingga 13 Oktober menjadi 113,8 juta barel.
Persediaan minyak mentah turun 4,5 juta barel menjadi 419,7 juta barel, sementara bensin turun 2,4 juta barel menjadi 223,3 juta barel.