Adaro Targetkan Perjanjian Jual Listrik PLTA Mentarang Induk di 2024

KATADATA/
PT Adaro Energy Indonesia Tbk
Penulis: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing
29/11/2023, 11.18 WIB

PT Adaro Energy Indonesia Tbk menargetkan perjanjian penjualan listrik dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Mentarang Induk, Kalimantan Utara, akan tercapai pada 2024.  

“Dalam 12 bulan kedepan kami akan berupaya untuk mencapai penandatanganan perjanjian jual beli listriknya,” kata Investor Relations Adaro Energy Indonesia Danuta Komar dalam Public Exposes Live 2023, Selasa (28/11).

Ia meneybut PLTA Mentarang menjadi proyek energi baru terbarukan (EBT) terbesar Adaro. “Pilar ini kami rancang untuk menyediakan energi ramah lingkungan di Kalimantan Utara dan juga untuk bauran energi di Indonesia,” ujarnya.

Kapasitas pembangkit itu mencapai 1,375 gigawatt (GW) dengan bendungan sepanjang 235 meter. Nilai investasinya sebesar US$ 2,6 miliar atau lebih Rp 40 triliun. 

Proyek tersebut telah melaksanakan peletakan batu pertama pada awal tahun ini. Perusahaan juga telah mendapatkan kontrak untuk pekerjaan terowongan pengalihan. 

Danuta mengatakan setelah beroperasi, PLTA ini akan menyediakan listrik ramah lingkungan bagi kawasan industri di Kalimantan Utara. Selain itu, pembangkit ini juga akan memasok listrik untuk pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) aluminium milik Adaro.

“Pada 2030, kami berharap PLTA Mentarang Induk dapat beroperasi sehingga mampu menghasilkan listrik untuk memenuhi kebutuhan smelter dengan kapasitas 500 ribu ton,” kata dia.

Direktur Adaro Energy Indonesia, Michael Soeryadjaya mengatakan PLTA ini termasuk dalam salah satu proyek strategis Adaro. “Kami terus mencari kesempatan agar Adaro lebih bisa mengedepankan lini bisnis EBT,” kata dia.

Sebagai informasi, PLTA Mentarang Induk disebut dapat menyediakan base load bagi proyek smelter aluminium. Namun, karena waktu pengembangan dan konstruksi membutuhkan waktu cukup lama, perusahaan memilih pembangkit batu bara atau PLTU sebagai tahap awal.

Smelter aluminium Adaro membutuhkan tenaga listrik hingga 1 gigawatt (GW). Dalam proyek ini, PT Adaro minerals Indonesia Tbk memiliki porsi saham 65%. Dia menyebut proyek ini telah mencapai penuntasan pembiayaan pada Mei 2023.

Reporter: Mela Syaharani