Harga batu bara turun signifikan sepanjang tahun ini. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memperkirakan koreksi harga mineral hitam ini masih akan berlanjut pada 2024.
“Jadi 2024 harga masih stabil, sedikit tenang meskipun menurun di angka US$ 110-130,” kata Direktur Riset INDEF Berly Martawardaya dalam Webinar Road to IMEC 2023 yang dipantau secara daring pada Selasa (12/12).
Menurut Berly, puncak harga batu bara terjadi pada 2022-2023 atau sudah terlewati. Harga batu bara dalam periode tersebut pernah mencapai angka US$ 400 per metrik ton.
“Kita sudah memasuki pasca puncak harga batu bara. Jadi puncaknya biasanya lebih lama tapi dipercepat kemarin karena rekondisi dengan tensi-tensi geopolitik, khususnya di Ukraina,” kata dia.
Selain kondisi geopolitik, Berly memaparkan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi harga batu bara, seperti peningkatan produksi di tengah turunnya permintaan, ditambah juga dengan puncak permintaan batu bara yang sudah terlewati.
Tidak hanya itu, keberlanjutan decoupling dan re-shooting dari Cina juga turut memberikan pengaruh. Faktor transisi energi juga kini menjadi salah satu aspek yang diperhitungkan. Saat ini transisi dari energi fosil ke energi terbarukan masih dalam tahap awal. “Energi bersih akan mulai aktif setelah 2025, jadi 2024 ini masih tenang,” ujarnya.
Berly juga menjelaskan terkait faktor ekonomi dan politik yang berperan cukup besar dalam dinamika pasar. Keadaan beberapa negara dunia seperti India dan Amerika yang mendekati masa pemilu juga dianggap Berly sebagai salah satu pengaruh pada pasar.
“Mereka pasti tidak ingin terlihat tidak mampu, maka sumber energi yang harganya lebih rendah masih menjadi pilihan. Jadi kalau berganti ke energi bersih yang lebih mahal kemungkinan akan dilakukan pasca pemilu, khususnya 2026,” kata dia.
Pada kesempatan yang sama CEO Nexis Puri Andamas mengatakan untuk lebih mempersiapkan diri dengan tren harga batu bara. “Harganya mungkin bisa jadi US$ 110-130 seperti yang pak Berly sampaikan untuk tipe tertinggi. Namun untuk ICI 4 mungkin angkanya bisa di US$ 50-40, ICI 3 US$ 60-70,” kata Puri.
Melihat proyeksi harga tersebut, Puri mengingatkan bahwa industri tidak perlu takut, sebab harga batu bara Indonesia pernah berada di titik yang lebih rendah. “Kami bisa survive di harga-harga yang sangat membingungkan. Kami sudah terbukti bisa berproduksi batu bara di harga berapapun,” jelasnya.
Puri berharap dengan adanya hilirisasi mineral yang didorong pemerintah dapat menambah pembangunan pabrik atau produk yang bisa meningkatkan konsumsi batu bara di kemudian hari. “Harus ada kebijakan dari pemerintah untuk menyelamatkan industri batu bara di Indonesia,” ujar dia.