Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba) Kementerian ESDM melaporkan bahwa realisasi produksi komoditas mineral tidak mencapai target pada 2023. Perak menjadi komoditas dengan capaian produksi terendah dibanding mineral lainnya yakni hanya 71% dari target.
“Realisasi komoditas emas sebanyak 83 ton dari target 106 ton, kemudian perak realisasinya sebesar 348,6 ton dari target 489 ton,” kata Dirjen Minerba Kementerian ESDM Bambang Suswantono dalam konferensi pers di Jakarta pada Selasa (16/1).
Berdasarkan realisasi tersebut, produksi emas selasa 2023 masih di bawah target atau hanya mencapai 78% dari angka yang ditentukan. Begitu juga dengan perak yang hanya memenuhi 71% dari target.
Tidak hanya emas dan perak, produksi timah dan nikel matte pada 2023 juga tidak mencapai produksi. “Realisasi timah sebesar 67,6 ribu ton dari target 2023 mencapai 70 ribu ton. Lalu nikel matte realisasi sebanyak 71,4 ribu ton dari target 75 ribu ton,” ujar Bambang.
Menurut angka tersebut, produksi timah tahun lalu hanya mencapai 95,7%, sementara itu untuk nikel hanya mampu meraih 94,7% dari target yang ditetapkan.
Sama seperti komoditas mineral lainnya, feronikel juga hanya mencapai 85% dari target yang ditetapkan untuk 2023. “Komoditas feronikel realisasi sebesar 535,2 ribu ton dari target 628,9 ribu ton,” ucapnya.
Bambang mengatakan, beberapa jumlah produksi mineral seperti katoda tembaga, nikel pig iron, CGA, dan SGA tidak terdapat data produksinya. “Karena mineral tersebut diproduksi oleh pemegang izin usaha pertambangan operasi produksi (IUP OP) khusus untuk pengolahan dan pemurnian sesuai dengan UU Nomor 3 Tahun 2020,” kata dia.
Dimana IUP OP khusus ini untuk pengolahan dan pemurnian disesuaikan perizinan usaha industri dan menjadi kewenangan Kementerian Perindustrian.
Mengenai target pada 2024, Ditjen Minerba mengatakan belum ada target volume sebab masih merekap data dan baru ada beberapa persetujuan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) perusahaan tambang yang diterbitkan.
“Saat ini teman di mineral sedang menyelesaikan RKAB 2024-2026 sebab prosesnya masih manual. Dari berapa ratus badan usaha yang mengajukan, baru ada 6 badan usaha yang izin RKAB-nya disetujui sehingga belum bisa menjawab berapa target di 2024,” ujar dia.
Kendati demikian, Bambang menjelaskan jika mengacu pada persetujuan RKAB sejauh ini, maka produksi nikel pada 2024 15 juta ton, pada 2025 15 juta ton, dan 2026 13,866 ribu ton. “Dari tembaga, produksi 2024 itu 411,43 ribu dmt, untuk 2025 3,28 juta dmt, kemudian produksi 2026 3,097 juta dmt,” ucap Bambang.
Sementara untuk emas, di 2024 akan memproduksi 6,39 dmt, produksi 2025 67,04 dmt, dan 2026 45,5 dmt. Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu bara Tri Winarno mengatakan untuk produksi 2024 nikel berpotensi naik. “Karena ada beberapa smelter baru yang beroperasi,” kata Tri.