Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan tim Indonesia baru saja bertolak ke Amerika Serikat (AS) untuk membahas mengenai kelanjutan program mineral kritis. Namun, ia menekankan hasil negosiasi kemungkinan baru akan diperoleh usai Pilpres AS.
“Baru balik tim kami dari Washington untuk tindak lanjuti perbincangan mengenai inflation reduction act (IRA) AS ini. Kami berharap itu akan bisa dituntaskan dalam beberapa waktu kedepan,” kata Luhut saat ditemui awak media setelah penandatanganan divestasi saham Vale Indonesia di Jakarta pada Senin (26/2).
Luhut menyebut, komunikasi antara Indonesia dan AS mengenai IRA hingga berjalan baik. “Critical mineral itu saya kira negosiasi kita dengan Amerika berjalan dengan baik. Saya pikir mungkin ada satu langkah lagi yang harus dilakukan,” ujarnya.
Indonesia tengah berupaya untuk masuk ke dalam ekosistem industri baterai kendaraan listrik AS. Ini seiring dengan besarnya insentif dari Undang-Undang Pengurangan Inflasi (Inflation Reduction Act/IRA) untuk industri teknologi bersih, termasuk industri baterai kendaraan listrik, yang nilainya mencapai US$ 370 miliar.
Menurut IRA, nikel Indonesia tidak masuk kualifikasi untuk mendapatkan subsidi atau insentif karena Indonesia tidak memiliki hubungan FTA atau Free Trade Agreement dengan Amerika.
Meski negosiasi berjalan baik, Luhut mengatakan penyelesaian pembahasan mineral kritis akan terlaksana usai Pilpres AS. “Pilpres itu dimana-mana jadi handicapped. Jadi kami harus menunggu sampai Pilpres Amerika bulan November itu terlaksana, baru kami selesaikan,” ucapnya.
Pertemuan Jokowi-Biden
Presiden Joko Widodo, alias Jokowi sebelumnya sempat bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS)Joe Biden di Gedung Putih, pada Senin (13/11). Keduanya melakukan pembicaraan intens untuk mencapai kesepakatan di bidang mineral penting, khususnya nikel.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, pembahasan mengenai hal ini bermula dari keseriusan salah satu anggota senat AS mengenai mineral Indonesia, khususnya nikel. “Kemarin Pak Presiden dan Pak Biden sudah bicara dan sudah sepakat bikin critical mineral program,” ujarnya di Kementerian ESDM pada Jumat (17/11).
Arifin menyebut terkait program ini masih akan ditindaklanjuti di mana nanti akan ada pihak yang secara khusus menangani program ini agar terlaksana. “Bentuk dulu tim dari sini, dari tim sini (AS) mudah-mudahan bisa cepat,” ujarnya.
Mengenai hal ini, Arifin menyampaikan kedua pihak saat ini hanya akan membahas mengenai nikel. “Ya kita nikel dulu, karena itu yang paling kritikal,” ujarnya.
Dia menjelaskan dengan adanya program yang disetujui kedua belah pihak, produk nikel dalam negeri ini dapat masuk ke AS. “Kan mineralnya yang sangat dibutuhkan untuk bisa transisi energi,” kata dia.