Profil Ratch Group, Pemilik Baru PLTU Paiton 7 dan 8 Asal Thailand

Katadata/Courtesy of PLN
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga uap.
Penulis: Mela Syaharani
3/5/2024, 16.55 WIB

Ratch Group melalui salah satu anak perusahaannya RH International (Singapore) Corporation Pte. resmi mengakuisisi 36,26% saham milik Mitsui & co pada PLTU Paiton Unit 7 dan 8 di Jawa Timur.

Untuk akuisisi ini, Ratch Group menggelontorkan US$ 590,67 juta atau Rp 9,5 triliun (kurs Rp 16.100/dolar). Padahal sebelumnya Mitsui mengumumkan bahwa nilai divestasi aset PLTU Paiton mencapai sekitar 109 miliar yen atau sekitar US$ 698,89 juta.

Profil Ratch Group

Melansir dari laman resminya, Ratch Group Public Company Limited adalah perusahaan energi dan infrastruktur terkemuka di Thailand. Perusahaan ini memiliki visi ambisius untuk menjadi perusahaan energi dan infrastruktur yang berorientasi pada nilai di Asia Pasifik.

Perusahaan yang berdiri pada 7 Maret 2000 ini memiliki modal sebesar 14,5 miliar baht. Modal ini kemudian bertambah menjadi 21,75 miliar baht pada 22 Juli 2022.

Pemegang saham utama perusahaan ini adalah Otoritas Pembangkit Listrik Thailand (EGAT) dengan porsi sebesar 45%. Perusahaan terbuka ini telah melantai di Bursa Efek Thailand dengan kode “RATCH”.

Investasi utama perusahaan ini fokus pada proyek pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil, proyek-proyek terbarukan, dan listrik. Ratch juga mengembangkan bisnis yang berhubungan dengan energi, infrastruktur, dan perawatan kesehatan baik di Thailand maupun internasional.

Sehingga, pendapatan utama Perusahaan adalah dalam bentuk penjualan listrik dan jasa. Menurut laman resminya, pada Mei 2024 Ratch memiliki total kapasitas terpasang sebanyak 10.848 megawatt (MW). Dari jumlah tersebut, 9.038,4 MW telah beroperasi secara komersial, sementara 1.809,96 MW masih tahap pengembangan dan konstruksi.

Ratch tidak hanya beroperasi di Thailand, namun melebarkan sayapnya di negara-negara Asia hingga Australia. Sebaran operasi Ratch meliputi Thailand mencapai 5.505,05 MW, Australia 2.094,89 MW, Laos 1.420,30 MW, Indonesia 1.009,72 MW, Filipina 549,83 MW, Vietnam 266,19 MW, dan Jepang 2,02 MW.

Perusahaan berusia 24 tahun ini memiliki empat target besar yang ingin dicapai selama periode 2023 hingga 2027, meliputi:

  • Meningkatkan EBITDA bisnis non-listrik menjadi 5% atau lebih tinggi pada 2027
  • Meningkatkan kapasitas energi terbarukan menjadi 25% dari total kapasitas
  • Mensinergikan kekuatan dari berbagai bisnis untuk mendapatkan manfaat yang maksimal
  • Mendukung netralitas karbon dan pertumbuhan berkelanjutan dengan tanggung jawab terhadap lingkungan, masyarakat, dan tata kelola

Pada laman resminya, pimpinan Ratch Suthat Pattamasiriwat mengatakan bahwa selama 2023 perusahaannya sedang mengembangkan dan membangun proyek pembangkit listrik dengan total kapasitas 2.944 MW.

Tahun lalu juga Ratch telah memperluas basis investasinya di Filipina, negara yang memiliki potensi besar untuk pengembangan energi terbarukan. Ratch mencatat, perusahaan berbasis di Thailand ini memiliki empat proyek yang dalam tahap pembangunan dan pengembangan di Filipina.

Keempat proyek tersebut memiliki total kapasitas sebesar 549,83 MW. Meliputi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Cabalanga dengan kapasitas 36,33 MW yang saat ini masih tahap pembangunan, PLTS Pulau Negros berkapasitas 73,5 MW.

Kemudian Pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) Lepas Pantai di Teluk San Miguel sebesar 220 MW, dan PLTB Lepas Pantai Lucena di Pulau Luzon berkapasitas 220 MW.

“Ada dua proyek yang telah selesai dibangun dan beroperasi secara komersial yaitu proyek perluasan PLTU RATCH dengan kapasitas terpasang 31,20 MW dan kapasitas produksi uap 7,15 ton per jam, serta PLTU Ecowin di Vietnam dengan kapasitas ekuitas 15,16 MW,” kata Pattamasiriwat.

Reporter: Mela Syaharani