Survei Bank Indonesia (BI) memproyeksi penjualan retail atau eceran pada kuartal III 2019 tumbuh melambat dibanding kuartal sebelumnya. Perlambatan penjualan terjadi pada hampir seluruh komoditas barang yang disurvei, terutama kelompok sandang.
Hasil survei yang dipublikasikan pada Rabu (9/10), mengindikasikan penjualan eceran pada kuartal III 2019 tumbuh 1,8% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan 4,2% pada kuartal II 2019 dan kuartal III tahun lalu sebesar 4,6%.
Perlambatan penjualan tersebut terjadi pada hampir seluruh komoditas barang yang disurvei, terutama kelompok sandang yang hanya tumbuh 1%. Pada kuartal II, kelompok sandang mencatatkan pertumbuhan sebesar 27,5% seiring meningkatnya permintaan selama momentum Ramadan dan Idul Fitri.
Selain itu, survei BI juga mengindikasikan penurunan penjualan pada kelompok bahan bakar kendaraan bermotor dan kelompok barang budaya dan rekreasi yang masing-masing turun 6,6% dan 6,8%. Penurunan ini lebih dalam dibanding kuartal II 2019 masing-masing sebesar 3,4% dan 1,4%.
(Baca: Para Pedagang yang Menangguk Untung saat Listrik Mati Massal)
Meski secara keseluruhan kuartal melambat, survei BI mengindikasikan pertumbuhan penjualan eceran mulai positif pada September. Peningkatan pertumbuhan terutama didorong pertumbuhan penjualan kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya dan kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Hal ini seiring perkiraan pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada September 2019 yang sebesar 215,2 atau meningkat menjadi 2,1% secara tahunan. Angka itu tumbuh lebih tinggi dari 1,1% pada bulan sebelumnya.
Adapun secara rinci, peningkatan kinerja penjualan terjadi pada kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya yang tumbuh 9,4% atau lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya 8,3%. Peningkatan juga terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau yang tumbuh 2,7% atau lebih tinggi dari 0,3% di bulan Agustus 2019.
(Baca: Impor Berkurang, Ekonom Proyeksi Neraca Dagang Agustus Surplus)
Sementara itu, penjualan eceran pada November 2019 dan Februari 2020 diproyeksikan menurun. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) pada November sebesar 140,0, lebih rendah dibanding 146,3 pada bulan Oktober 2019. Penurunan pada Februari 2020 menurun terindikasi dari IEP sebesar 150,2, lebih rendah dari 161,1 pada Januari 2020.
BI juga memproyeksi tekanan kenaikan harga pada bulan November 2019 lebih tinggi dibanding bulan Oktober 2019. Indikasi terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) sebesar 140,0, meningkat dari 137,1 pada bulan Oktober 2019.
Sedangkan IEH pada Februari 2020 di tingkat pedagang ritail diindikasikan menurun dengan indeks sebesar 168,2. Nilai tersebut lebih rendah dari 174,7 pada bulan Oktober 2019.
Hingga 2017, Indonesia masih masuk dalam salah satu pasar retail terbesar di dunia dan menjadi incaran investor asing. Hal ini terekam dalam databooks yang ada di bawah ini.