RI-Korsel Aktifkan Lagi Perundingan Perjanjian Dagang Komprehensif

Intan | Biro Pers Sekretariat Kepresidenan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menko Perekonomian Darmin Nasution melakukan pembicaraan bilateral dengan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dan para pejabatnya.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
19/2/2019, 14.28 WIB

Indonesia dan Korea Selatan sepakat untuk kembali mengaktivasi perundingan perjanjian dagang ekonomi komprehensif (CEPA) setelah sempat tertunda pada 2014. Kerja sama ekonomi jadi salah satu instrumen perdagangan untuk mencapai total perdagangan kedua negara senilai US$ 30 miliar pada 2023.

Dalam pertemuannya dengan Menteri Perdagangan Korea Selatan Hyun Chong Kim, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan kedua negara sepakat untuk menyelesaikan negosiasi pada November mendatang. “Kami harap secara substansial sudah selesai pada akhir tahun,” kata Enggar di Jakarta, Selasa (19/2).

(Baca: Indonesia-Australia Teken Perjanjian Dagang Komprehensif Bulan Depan)

Dia mengatakan setidaknya terdapat dua prinsip yang menjadi dasar penyelesaian perundingan perjanjian dagang. Pertama, kualitas perjanjian yang baik, menguntungkan dua pihak, serta selengkap mungkin mencakup perdagangan barang, jasa, investasi, kerja sama ekonomi, serta area lainnya.

Kedua, peningkatan kesepakatan perjanjian regional serta yang lebih luas lagi sehingga menghasilkan kesimpulan perjanjian dagang Indonesia dan Korea Selatan yamg lebih baik. Sehingga, hubungan ekonomi kedua negara bisa ditingkatkan sesuai target masing-masing pemerintah.

Menurut catatan Kemendag, perdagangan Indonesia-Korsel pada tahun lalu sebesar US$ 20 miliar, tumbuh sebesar 11%. Komoditas ekspor utama Indonesia ke Korsel di antaranya adalah batu bara, tembaga, karet, kayu, serta minyak kelapa sawit. Sebaliknya, Korea Selatan mengekspor petroleum, kapal, serta barang elektronik.

Korea Selatan adalah investor kelima terbesar di Indonesia dengan proyek sebanyak 3.274 unit dan nilai investasi mencapai US$ 2 miliar pada 2017. “Kami harap hubungan kedua negara bisa saling melengkapi,” ujarnya.

(Baca: Pemerintah Buka Peluang Peningkatan Ekspor ke Lima Negara Eurasia)

Sementara itu, Hyun Chong Kim menuturkan meski kedua negara sudah memiliki instrumen ASEAN-Korea FTA, tetapi akan tetap melakukan pendalaman dengan CEPA.  Dalam kerja sama ini, menurutnya Korea Selatan memiliki ketertarikan pada produk makanan dan minuman serta tekstil Indonesia.

Kim juga menjelaskan, perjanjian ekonomi komprehensif akan memperkuat daya saing global kedua negara serta jaminan dalam rantai suplai internasional. “Kami berharap kedua negara dapat bekerja sama dan prosesnya lancar,” katanya.

Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani menyatakan penyelesaian perjanjian dagang di bawah satu tahun merupakan keputusan agresif. Namun, pelaku usaha akan memastikan forum bisnis menjadi solusi supaya perjanjian dagang bisa segera rampung.

Rosan berharap, perdagangan kedua negara bisa meningkat hingga dua kali lipat setelah perjanjian ekonomi komprehensif selesai. Sebab, keduaya merupakan kunci penetrasi pasar di Asia.

Reporter: Michael Reily