Pemerintah Buka Peluang Peningkatan Ekspor ke Lima Negara Eurasia
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menandatangani pernyataan bersama (Joint Ministerial Statement) dengan Menteri Integrasi dan Makroekonomi Komisi Ekonomi Eurasia (EEC) Tatyana D. Valovaya. Ini merupakan tahapan menuju penandatanganan Nota Kerja Sama (Memorandum of Cooperation/MoC) yang akan dilakukan tahun ini antara Indonesia dengan lima negara Eurasia yaitu Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgiztan, serta Rusia.
Enggar mengatakan, tidak mudah melakukan kerja ekonomi bersama dengan Eurasia. Karenanya, kedua belah pihak akan melakukan MoC sebagai upaya pengenalan dan peningkatan perdagangan masing-masing negara.
"Kerja sama dengan kawasan itu tidak semudah kerja sama bilateral. Setidaknya mereka harus punya persepsi yang sama secara internal, tapi kita membuka pintu," kata Enggar di Kementerian Perdagangan, Kamis (14/2).
(Baca: Indonesia Ratifikasi Perjanjian Dagang ASEAN-Hong Kong melalui Perpres)
Dia menjelaskan, kerja sama bakal menjadi tahap pengenalan para delegasi bisnis antara kedua negara. Sehingga, MoC ini yang akan menjadi payung dalam kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi Indonesia-Eurasia.
Tak hanya itu, kedua pihak juga mengadakan forum bisnis yang akan mengarah pada penyempurnaan MoC.
Menurut catatan Kemendag, pada 2017 nilai perdagangan antara Indonesia dan Eurasia mencapai US$ 2,79 miliar. Karena itu Enggar berharap, total perdagangan bakal meningkat dua kali lipat dalam jangka waktu lima tahun ke depan.
"Kalau bisa tidak sampai lima tahun," ujarnya.
Menurut dia, kedua pihak tidak akan berkompetisi, melainkan saling melengkapi. Sehingga perdagangan keduanya akan lebih seimbang. Indonesia berpeluang meningkatkan ekspor komoditas seperti minyak sawit, kopi, karet, makanan dan minuman, furnitur, serta tekstil. Sementra itu, Eurasia juga siap menyuplai aluminium, baja, pupuk dan benih, serta gandum.
Tatyana D. Valovaya menjelaskan Eurasia harus meningkatkan perspektif perdagangan bersama karena dalam kerja sama ini ada lima negara yang ikut serta. "Sebelum membahas tentang perjanjian perdagangan, kami harus libatkan para pelaku usaha dan kesepakatan internal setiap negara," katanya.
(Baca: Indonesia-Australia Teken Perjanjian Dagang Komprehensif Bulan Depan)
Selain itu, dia juga mengungkapkan minimnya neraca perdagangan Indonesia-Eurasia juga disebabkan oleh kurangnya informasi masing-masing pihak dalam rangka peningkatan akses pasar. Sehingga, forum bisnis ini diharapkan dapat memberikan informasi baru serta solusi teknis terhadap kebutuhan pengusaha untuk pasar ekspor dan impor.