Presiden Joko Widodo Bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjajal pertama kali Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta sebelum beroperasi secara komersial pada empat bulan mendatang. Selama satu jam perjalanan pulang pergi Stasiun Bundaran HI – Lebak Bulus, Jokowi banyak bercerita sembari bercanda tentang moda transportasi kota, termasuk menasehati Gubernur Anies.
Sekitar pukul 09.00 WIB, Selasa pagi (6/11), Presiden --yang mengenakan baju kemeja putih lengan panjang, celana hitam dan sepatu sneaker hitam merek “NAH”-- tiba di Stasiun Bundaran HI yang berada ratusan meter di bawah permukaan tanah. Stasiun ini terletak di antara Hotel Grand Hyatt dan kantor Kedutaan Besar Jepang di Jalan M.H. Thamrin.
Jokowi didampingi oleh Anies, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi, dan Direktur Utama MRT Jakarta William P. Sabandar. Di dalam gerbong, Jokowi duduk diapit Anies dan Budi, bersama beberapa pemimpin redaksi media massa.
Dengan kecepatan sekitar 70 kilometer per jam, rangkaian gerbong kereta menyusuri bawah tanah Jakarta dari Bundaran HI hingga Senayan, Jakarta. Di awal perjalanan, Jokowi mengungkapkan suka citanya karena proyek MRT tersebut sudah hampir rampung. “Sudah 97%,” katanya.
Jalur rel, baik di dalam tanah dan melayang sepanjang total 16 kilometer (km), sudah bisa dilewati kereta. Sebanyak sembilan dari 16 rangkaian kereta juga sudah tiba di Jakarta dan menjalani serangkaian uji coba. Sebelum beroperasi secara komersial, setiap rangkaian kereta itu memang harus menjalani uji coba sepanjang 100 km.
Saat ini, para pekerja tinggal merapikan bangunan stasiun –yang terdiri atas 13 titik stasiun. Misalnya, pemasangan jaringan telekomunikasi seluler di sepanjang jalur rel pada Desember nanti. “Saat ini belum ada sinyal seluler kalau di dalam tanah,” kata seorang staf MRT Jakarta.
Dikaji sejak tahun 1985, proyek ini sempat tak terdengar kabarnya lagi saat krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1998. Pada 2006, proyek ini kembali menemukan titik terang setelah adanya kesepakatan pendanaan dari Jepang. Namun, baru pada Oktober 2013, saat Jokowi menjabat Gubernur DKI Jakarta, proyek MRT tersebut dibangun.
“Proyek ini tidak akan jalan kalau kita cuma berpikir proyek ini rugi. Pasti rugi,” kata Jokowi. Namun, ada solusi untuk menutup kerugian tersebut, yaitu penerapan jalan berbayar (Electronic Road Pricing/ERP) di jalan-jalan protokol Jakarta. “Nanti bisa dapat Rp 4 triliun dari ERP.”
Di sisi lain, perekonomian secara umum mengalami kerugian akibat kemacetan di Jakarta saban tahun sebesar Rp 65 triliun. Karena itulah, butuh sarana transportasi massal seperti MRT untuk mengatasi persoalan kemacetan di Ibukota.
Menurut Jokowi, MRT Jakarta akan mulai beroperasi secara komersial pada Maret tahun depan. Sembari berkelakar, Jokowi yang kembali mencalonkan diri pada Pemilihan Presiden bulan April 2019 itu menyatakan, “Kalau saya inginnya bulan April saja. Tapi ini kan kewenangannya Pak Gubernur.” Anies yang duduk di samping kiri Presiden hanya tersenyum mendengar candaan tersebut.
Selain itu, Jokowi menyerahkan penetapan tarif moda transportasi ini kepada Pemprov DKI. “Pemerintah pusat yang membangunnya, sedangkan pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah daerah,” ujarnya.
Menurut Anies, pemerintah DKI memang belum memfinalisasi tarif MRT. Tapi, dia memperkirakan tarifnya rata-rata berkisar Rp 6 ribu hingga Rp 8 ribu. Tarif itu tidak berlaku flat, tapi berdasarkan jarak tempuh masing-masing penumpang.
“Misalnya, karyawan yang berkantor di Sudirman yang ingin makan di Senayan maka tarifnya mungkin sekitar Rp 2 ribu,” timpal William. Ia menambahkan, penetapan tarif itu berdasarkan hasil survei MRT Jakarta terhadap masyarakat, yaitu ekspektasi terhadap tarif tersebut.
Padahal, menurut Jokowi, awalnya tarif MRT Jakarta sekitar Rp 14 ribu. “Kalau jadinya Rp 6 ribu, saya yakin ini akan laris. Laris manis,” katanya.
Selama perjalanan ke Stasiun Lebak Bulus yang memakan waktu sekitar 30 menit itu, Jokowi banyak mengungkapkan harapannya mengenai pengembangan moda transportasi di Jakarta. Ia pun berharap, jalur MRT ini terus diperpanjang dan diperluas hingga ke Jakarta Kota. Selain itu, membangun jalur dari barat ke timur Jakarta, yaitu Bumi Serpong Damai (BSD) hingga Cikarang, Jawa Barat.
Presiden pun menasehati Anies dan para pemimpin daerah lainnya untuk membangun sarana transportasi massal sebagai masa depan transportasi di kota-kota besar seluruh Indonesia. “Setelah Jakarta, bisa Palembang, Bandung, Surabaya, Medan,” katanya.
Jokowi juga meminta agar Pemprov DKI Jakarta berperan lebih besar untuk mengembangkan sarana transportasi massal tersebut. “Pak Gubernur harus tambah modal lagi untuk membangunnya.”
Saat tiba di Stasiun Lebak Bulus, Jokowi sempat menyalami masinis, yaitu seorang warga negara Jepang bernama Tezuka. Pria ini sudah menjalankan MRT di Jepang selama belasan tahun. Saat ini, sekitar 81 masinis asal Indonesia memang tengah belajar di Jepang sehingga nantinya bisa mengoperasikan sendiri kereta MRT tersebut di Jakarta.
Di Lebak Bulus, Jokowi sempat meninjau area depo kereta MRT. Di sana, terlihat sekitar lebih dari 5 rangkaian kereta. Selanjutnya, Jokowi bersama rombongan kembali menaiki kereta MRT menuju Stasiun Bundaran HI. Selama perjalanan kurang dari 30 menit itu, dia sempat juga memuji kereta tersebut. “Lebih bagus dari MRT di Singapura. Suaranya juga tidak bising,” katanya.
Di akhir perjalanan, Jokowi sempat menyatakan akan kembali mencoba perjalanan MRT saat beroperasi komersial pada Maret 2019. “Boleh dong saya naik ini lagi (satu bulan sebelum Pilpres),” katanya sembari tertawa.