Presiden Joko Widodo siang ini bertemu dengan anak dan cucu konglomerat nasional di Istana Merdeka. Tampak hadir anak pemilik Grup Djarum yakni Martin Hartono, anak konglomerat Sukanto Tanoto yakni anderson Tanoto, anak Anthoni Salim yakni Axton Salim, anak Aburizal Bakrie yaitu Anindya Bakrie, hingga cucu Mochtar Riady yakni John Riady.
Selain itu ada pula Direktur Toba Bara yang juga keponakan Luhut Binsar Pandjaitan yakni Pandu Patria Sjahrir, pemilik Adaro Garibaldi Tohir, Michael Soryadjaya (Saratoga Investama Sedaya), Michael Widjaja (Sinar Mas), Richard Halim Kusuma (Agung Sedaya Group). Mereka didampingi Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan P. Roeslani. Sementara Jokowi ditemani oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno serta Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika.
Dalam pertemuan tersebut, Jokowi sempat memaparkan kondisi ekonomi Indonesia dan permasalahannya. Beberapa diantaranya mengenai defisit transaksi berjalan, perang dagang Tiongkok dengan Amerika Serikat, hingga permasalahan yang ada di Turki. (Baca: Kumpulkan 40 Konglomerat, Jokowi Minta Devisa Ekspor Dibawa ke RI)
"Tidak tahu ada apa lagi nanti yang menyebabkan ekonomi dunia semakin tidak menentu," kata Jokowi saat pertemuan tersebut di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (27/8).
Dia mengatakan saat ini pemerintah telah mengambil langkah pengurangan defisit seperti mewajibkan penggunaan biodiesel sebesar 20 persen. Hal lainnya adalah dengan mengejar target kedatangan wisatawan mancanegara sebesar 17 juta kunjungan ke Indonesia. Jokowi merasa yakin pemerintah mampu mengatasi permasalahan ini dengan dukungan banyak pihak, salah satunya pengusaha.
(Baca: Jokowi Peringatkan Kabinetnya Serius Atasi Kebutuhan Dolar)
Di hadapan para anak konglomerat tersebut Jokowi juga mengungkapkan keinginannya agar komponen pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang investasi dan hilirisasi industri. Bukan dari konsumsi, seperti yang terjadi sekarang. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini meyakinkan mereka bahwa pemerintahannya sedang berupaya mendorong hal ini.
"Yang penting kualitas pertumbuhan ekonomi itu sendiri," kata dia.
Bulan lalu Jokowi juga mengundang para konglomerat dan pengusaha besar nasional ke Istana. Dia mengimbau para pengusaha membawa devisa hasil ekspornya (DHE) ke dalam negeri. Tujuannya agar devisa itu dapat membantu penguatan nilai tukar rupiah, memperkecil defisit transaksi berjalan, dan menjaga ketahanan ekonomi domestik.
(Baca juga: Jokowi Minta Bantuan Konglomerat, BI: Total Devisa Ekspor Sudah 90%)