Cuti & Libur Lebaran 10 Hari, Produksi Industri Akan Berkurang

ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Buruh pabrik garmen di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, Senin (20/2).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
8/5/2018, 13.19 WIB

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani menyayangkan keputusan pemerintah yang tidak merevisi cuti bersama dan libur Idul Fitri 1439 H mulai 11 hingga 20 Juni 2018 atau selama 10 hari. Haryadi mengatakan jumlah libur ini terlalu banyak dan akan berdampak pada pengurangan produksi dalam negeri.

Haryadi menyebut sektor yang akan terkena dampaknya yakni serat sintetis yang diperkirakan produksi turun 5,3% atau diperkirakan menghilangkan potensi penjualan US$ 1,3 miliar.

Sementara, upah tenaga kerja, biaya listrik minimal, dan beban bunga tetap harus dibayar. Alhasil akan ada peningkatan biaya mencapai 20% "Perlu tambahan modal kerja untuk mengganti biaya yang hilang," kata Haryadi dihubungi Katadata.co.id, Selasa (8/5).

(Baca juga: Cuti & Libur Lebaran 10 Hari, Layanan Publik Dijanjikan Tak Berubah)

Haryadi pun menilai akan terjadi penurunan devisa dari sektor serat sintetis pada bulan Juni. Sebab, kesempatan ekspor sebesar US$ 500 juta diperkirakan hilang akibat cuti bersama selama 10 hari.

Kemudian, pasar akan diisi barang impor pada periode kelangkaan bahan baku. "Penurunan devisa ikut mendorong pelemahan nilai tukar," kata dia.

Agar produkstivitas industri tak terhambat, Haryadi meminta agar pemerintah tak lagi memberikan cuti bersama dan libur yang terlalu banyak. Menurut Haryadi, cuti bersama untuk Idul Fitri lebih baik hanya sebanyak empat hari.

Halaman: