Setelah nyaris seabad berdiri, produsen jamu legendaris PT. Nyonya Meneer akhirnya harus gulung tikar. Pengadilan Negeri Semarang menyatakan perusahaan tersebut pailit lantaran tak bisa membayar utang kepada kreditornya.
Merespons nasib Nyonya Meneer, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) atau Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menduga penyebabnya bukan pasar jamu yang turun. Sebab, beberapa produsen jamu lainnya tercatat membukukan kinerja bisnis yang baik.
"Kalau soal jamu, kami lihat ada merek lain yang saya sebut bisa melakukan adjustment (penyesuaian) dengan baik. Keuntungan dan omzet pun meningkat," kata dia di sela-sela diskusi persiapan 'Indonesia Development Forum' di kantornya, Jakarta, Jumat (4/8).
Namun, ia menekankan dirinya tak mengetahui permasalahan bisnis yang dialami Nyonya Meneer. Maka itu, ia pun tak mau menuding penyebab runtuhnya bisnis perusahaan. "Saya tidak mau men-judge (menghakimi) masalah manajemen atau masalah pasar,” ucapnya. (Baca juga: Bank Mandiri Minta 7-Eleven Jual Aset untuk Lunasi Kredit Macet)
Yang jelas, menurut dia, hanya perusahaan yang berdaya saing atau mampu terus melihat peluang yang bakal bertahan. “Di AS pun toko buku sebesar Barnes & Noble sudah hampir menghentikan usahanya. Jadi memang ada proses perubahan atau kemajuan zaman yang menuntut manajemen mengikuti derap dari bisnisnya,” ucapnya.
Pengadilan Negeri Semarang memutuskan PT. Nyonya Meneer pailit dalam sidang yang digelar pada Kamis (3/8). Saat ini, Nyonya Meneer disebut-sebut memikul utang sebesar Rp 89 miliar dan tidak sanggup membayar.
Sebelumnya, pengadilan sempat mengesahkan proposal perdamaian yang diajukan Nyonya Meneer untuk membayar utang terhadap keseluruhan 35 kreditornya. Namun, proses pembayaran tidak berjalan dengan baik.
(Baca: Asosiasi Jamu Harap Pemerintah Selamatkan Nyonya Meneer)