Berhemat dan Jaga Lingkungan, Luhut Serius Kembangkan Jalan Plastik

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
14/6/2017, 19.51 WIB

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan berencana untuk memanfaatkan sampah plastik guna membangun jalan raya. Tujuannya, agar anggaran pembangunan jalan raya bisa lebih murah. Selain itu, untuk membantu menanggulangi persoalan sampah plastik di dalam negeri.

Luhut menjelaskan, penggunaan sampah plastik untuk membangun jalan raya sudah diterapkan di India. Berdasarkan kajian di negara itu, langkah tersebut bisa menghemat anggaran sebesar 10 persen. Jalan yang dimaksud juga teruji berdaya tahan. Dari seribu kilometer yang sudah terbangun di India, tidak memerlukan pemeliharaan selama 19 tahun.

"Mungkin kami buat pilot project (proyek percontohan) 1-2 km (kilometer), kalau itu benar, mungkin hemat saya masalah sampah terselesaikan. Jalan lebih bagus, cost (biaya) lebih murah," kata Luhut dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (14/6). (Baca juga: Sepanjang 402 Kilometer Jalan Tol Baru Difungsikan untuk Mudik)

Rencananya, proyek percontohan akan dilakukan tahun ini di Bali, di antaranya di Universitas Udayana. Adapun, jalan raya plastik alias plastik tar road tersebut diharapkan bisa bermanfaat untuk turut menyukseskan Annual Meeting IMF-World Bank di Pulau Dewata, tahun depan.

Luhut berharap penggunaan sampah plastik untuk pembuatan jalan juga bisa mengurangi pencemaran plastik di laut. Menurut catatannya, Indonesia merupakan negara tercemar plastik kedua di dunia setelah Cina. Bahkan, ia menyebut, sebanyak 23 persen ikan di Makassar mengandung micro plastic yang bila dikonsumsi bisa mempengaruhi kesehatan. Kandungan tersebut juga berbahaya bagi Ibu hamil.

"Sekarang, kami dengan Bank Dunia lakukan studi di 15 kota. Hasil sementara kami simpulkan (ikan) harus diambil. Kalau ikan ini dimakan, maaf, untuk Ibu hamil akan pengaruhi keturunan," ujar dia. Micro plastic juga bisa menyebabkan kanker. (Baca juga: Pemerintah Targetkan Produksi Plastik Ramah Lingkungan Naik 5 Persen)

Melalui upaya pemanfaatan sampah plastik dan bersih-bersih laut, ia berharap potensi penerimaan dari kelautan dan perikanan bisa meningkat. Berdasarkan kajian pada 2010 lalu, potensi penerimaan dari laut Indonesia bisa mencapai US$ 1,4 triliun.

Ia mencontohkan, bila laut dimanfaatkan sebagai sumber energi, maka ada potensi pendapatan sebesar US$ 600 miliar. Sayangnya, selama ini pemerintah baru bisa memanfaatkan enam persennya saja. Maka itu, instansinya juga ingin memaksimakan pemanfaatan laut dengan membuat pembangkit listrik tenaga arus laut. 

"Kami kerja sama dengan Belanda, untuk pembangkit listrik tenaga arus laut. Kami lihat ada potensi 300 megawatt (MW), tapi tahap pertama kami kerjakan 30 MW," ujar dia.

Meski banyak program yang ingin direalisasikan, pemerintah berencana memangkas anggaran Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Anggaran kementerian itu ditetapkan turun sebesar 14,32 persen dari Rp 350,5 miliar tahun ini menjadi Rp 300,3 miliar tahun depan.

Menanggapi rencana tersebut, Luhut menyatakan pihaknya bakal melakukan efisiensi. Secara rinci, anggaran yang sebesar Rp 300,3 miliar bakal dialokasikan untuk program dukungan manajemen sebesar dan pelaksanaan tugas teknis lainnya sebesar Rp 168,8 miliar, serta untuk koordinasi pengembagan kebijakan kemaritiman sebesar Rp 131,5 miliar.